Serba-Serbi Kehidupan Pribadi Pavel Nedved: Dari Tembok Berlin dan Rezim Komunis Hingga Keluarga

Penulis: Rei Darius
Senin 20 Nov 2017, 21:00 WIB
Serba-Serbi Kehidupan Pribadi Pavel Nedved: Dari Tembok Berlin dan Rezim Komunis Hingga Keluarga

Pavel Nedved menjabat sebagai wakil Presiden Juventus (Image: Four Four Two)

Ligaolahraga.com -

Ragam Sepak Bola: Kegemilangan karier dari Pavel Nedved nyatanya tak hanya karena penampilannya di atas lapangan saja, namun kejadian di luar lapangan juga ikut memengaruhinya hingga kehidupan pribadi bersama istri dan dua orang anaknya.

Jika sebelumnya sudah dibahas bagaimana karier Nedved dibangun bersama Timnas Republik Ceko, Lazio dan Juventus, juga beragam lesatan penting di atas lapangan hijau bersama ketiga tim tersebut. Kali ini kami akan membicarakan tentang kejadian-kejadian dan kehidupannya di luar lapangan.

1. Politik: Runtuhnya Tembok Berlin dan Rezim Komunis

Pavel Nedved menjelaskan dalam wawancaranya untuk Financial Times bahwa runtuhnya Tembok Berlin di November 1989 adalah waktu yang tepat bagi dirinya. Eks gelandang Juventus itu baru berusia 17 tahun kala itu dan hidup di Praha. Tembok itu kemudian menjadi pembuka jalan bagi dirinya dan seluruh pesepak bola asal Ceko di generasinya.

"Itu adalah momen yang tepat untuk saya, sempurna untuk karier saya," ucap Nedved. Sebelumnya, para pemain di Cekoslowakia harus berusia lebih dari 32 tahun dan mencatatkan jumlah pertandingan yang konsisten dengan tim nasional sebelum dibolehkan berkarier di luar negeri. Sangat sedikit dari mereka yang mampu melakukannya.

Hanya beberapa hari selang keruntuhan tembok, Nedved mengingat bagaimana jalanan di kota-kota Ceko dipenuhi oleh demonstrasi, yang akhirnya berujung pada pemungutan suara secara demokratis di negara itu. "Kami memiliki kunci di tangan kami, menggetarkan mereka dengan membuat kerusuhan jadi rezim bisa mengerti bahwa itu saatnya untuk perubahan," ucap Nedved. "Kami berjuang untuk kemerdekaan dan kebebasan untuk berekspresi yang kini dibolehkan, namun sebelumnya itu dilarang."

2. Kehidupan di Italia: Birokrasi yang Berkelit dan Proses Adaptasi

Cekoslowakia kemudian terpecah menjadi dua negara, Republik Ceko dan Slovakia, beberapa tahun kemudian dan di tahun 1996, Nedved dan istrinya, Ivana meninggalkan negara yang dikuasai oleh rezim komunis untuk pindah ke Italia seiring dengan datangnya tawaran dari Lazio.

"Saat itu saya menganggap bahwa lapangan di Italia terlalu keras. Saya masih berusia 23 tahun dan tidak pernah bermain di luar Ceko. Kompetisi di Italia terlalu berat, itu nampaknya terlalu sulit bagi saya," kenang Nedved. Pelatih asal Republik Ceko, Zdenek Zeman, yang kemudian menjadi pelatih Lazio, sukses meyakinkan para pemain muda yang ragu untuk mengambil risiko dan merekrut Nedved ke timnya.

Pindah ke Italia adalah sesuatu hal yang jauh dari mudah dan kesan pertamanya untuk Roma adalah kota yang sangat ramai dan berisik, itu adalah kejutan yang nyata baginya. Bahasa menjadi penghalang lain bagi Nedved dan setiap langkah nampak menemui jalan terjal.

Nedved mengingat segala persoalan birokrasi yang merepotkan dan mengurus dokumen yang diperlukan untuk pemain yang berasal dari negara non-EU untuk mendapatkan izin kerja di Roma. Memori lainnya yang jelas diingatan adalah ketika dia harus menemani istrinya ke dokter selama berbulan-bulan karena mengandung anak pertama.

"Saya kira kami sudah selesai?" ucapnya, mengingat soal kebingungan yang dirasakan antara Italia dengan negara tempatnya tumbuh dan berkembang. Namun orang-orang Italia selalu bersedia untuk menawarkan bantuan dan mereka selalu ramah dan tersenyum. Nedved sangat terkejut dengan betapa berbedanya publik Italia dibandingkan dengan Ceko. Jika di negara asalnya, orang-orang begitu tertutup dan kaku kepada keadaan, sedangkan di Italia segalanya lebih cair.

3. Pindah ke Turin: Bereuni dengan Alam

Di tahun 2001, setelah beberapa tahun di Roma, Nedved dibeli oleh Juventus dan ia membawa keluarganya ke Turin, di daerah utara semenanjung Italia. Dia kemudian mendapati bahwa Turin adalah kota yang lebih tenang dan lebih cocok dengan kepribadiannya, namun orang-orangnya lebih mirip kepada masyarakat Ceko.

Pindah ke Turin adalah hal yang jauh lebih mudah, dia sudah jauh lebih baik untuk berbicara dengan bahasa Italia dan lebih sedikit pertemuan dengan dokter yang perlu dilakukan. Dari rumahnya di luar kota, di taman La Madria yang subur dan pemandangan padang golf, Nedved bisa melihat puncak gunung Alpen.

Nedved selalu bermain dengan alam, menurutnya kembali ke hutan serupa halnya dengan di Skalna ketika dia tumbuh besar dan berlarian untuk mencuri buah-buahan bersama sahabatnya, Tomas. "Hidup di hutan adalah bagian dari masa lalu saya, itu seperti ketika saya masih kecil," ucapnya. Kecintaannya dengan alam bahkan diutarakan dengan keikutsertaannya dalam yayasan.

4. Penyusup dari Pintu Belakang Rumah

Selama bulan-bulan pertamanya di Turin, dia menerima telepon mengejutkan dari istrinya, Ivana, bahwa ada seseorang yang masuk lewat pintu belakang rumah, memperkenalkan diri dan duduk di meja makan dapur. Setelah Ivana memperkenalkannya kepada Pavel, dia berkata kepada istrinya untuk menyambut si orang asing dan menyediakannya kopi jikalau datang lagi.

Si penyusup adalah Umberto Agnelli, seorang tokoh industri Italia, eks pimpinan ekskutif FIAT dan Presiden Juventus. Selama bertahun-tahun, Agnelli menjadi sosok penting dalam hidup Nedved, dalam level pribadi dan profesional.

"Dia suka berjalan-jalan ke hutan sekitar sini dan muncul di beragam momen setelah ia berjalan. Dia menganggap kami sebagai bagian dari keluarganya, dia banyak membantu saya, terutama di tahun-tahun pertama saya di sini," ingatnya.

Nedved mengakui bahw ahidupnya jauh dari kehidupan sehari-hari para pesepak bola biasa. Dia lebih suka untuk tetap tinggal di rumah dan menjauhi gemerlap kehidupan malam. Dia sering kali berbincang tentang kebutuhannya akan sebuah hidup yang sederhana dan normal dan menjadi 'jangkar'. Dia mencurahkan kebanyakan waktunya bersama keluarga, anak-anaknya (Ivana dan Pavel Nedved Junior) dan sekolah mereka, kemudian pergi ke gym dan bermain golf. Dia berkata bahwa kakinya akan selalu membumi berkat istrinya, Ivana, yang menurutnya adalah pilar sejati dari kekuatannya

5. Ivana dan Pavel Nedved Junior

Wajahnya hampir selalu cerah tersenyum ketika berbincang soal kedua anaknya. Lahir dan dibesarkan di Italia, Ivana dan Pavel, dinamakan dari kedua orang tuanya, merasa jauh lebih Italia dan pergi ke sekolah Italia, meski dipaksa oleh Nedved untuk duduk di sekolah dengan sistem ujian Ceko. Ikatan dalam keluarganya adalah hal yang penting bagi Nedved, sebab etos kerjanya adalah kerja keras dan berkorban demi meningkatkan dan menemukan kesukesan, entah dalam dunia sepak bola atau pekerjaan lainnya.

"Tidak ada negara yang memperlakukan sepak bola seperti di Italia, hampir menekankan segalanya secara berlebihan. Terlalu banyak sepak bola di televisi dan media cetak, mereka selalu berbicara sepak bola selama sepekan."

Anak laki-lakinya sama sekali tidak bermain sepak bola dan Nedved mengakui kepuasannya soal itu. "Tidak sama sekali. Ketika dia masih kecil dia tidak tertarik sama sekali dengan sepak bola. Dia kini berusia 15 tahun dan dia menikmatinya namun dia tidak bermain untuk klub mana pun. Dia bisa bermain basket, berenang dan olahraga apapun namun tidak dilakukan secara profesional dan saya puas untuk itu," ucap Nedved dalam wawancaranya dengan Forbes pada Oktober 2015.

Di bulan Desember 2003, dia dinobatkan sebagai pemain terbaik versi World Soccer dan juga memenangkan Ballon d'Or pada tahun yang sama. Dia pensiun dari sepak bola pada Agustus 2009 dan kini menjadi bagian dari manajemen Juventus yang dipimpin oleh Andrea Agnelli (anak dari Umberto) yang disebutnya sebagai teman yang lebih dari segalanya.

"Di Italia saya sudah belajar banyak hal, saya sudah berkembang sebagai pria dan pemain. Saya sudah menjalani tahun-tahun terbaik dalam karier saya di sini," jelasnya.

Dia berkata bahwa hari terakhirnya di Italia mungkin tidak akan terlalu jauh, namun masa depannya akan ditentukan oleh pendidikan anak-anaknya.

"Saya tidak akan pernah menemukan orang-orang seperti di Italia. Ada hal yang spontan untuk menjalani hidup dengan senyuman dan memanfaatkannya secara utuh," tambahnya.

Artikel Tag: Pavel Nedved, Ivana Nedved, Ivana dan Pavel Nedved Junior, Umberto Agnelli, Tembok Berlin, Cekoslowakia, Republik Ceko, Juventus

Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/bola/serba-serbi-kehidupan-pribadi-pavel-nedved-dari-tembok-berlin-dan-rezim-komunis-hingga-keluarga
6224  
Komentar

Terima kasih. Komentar Anda sudah disimpan dan menunggu moderasi.

Nama
Email
Komentar
160 karakter tersisa

Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar disini