IOC Targetkan Kebijakan Baru soal Kelayakan Gender pada Awal 2026

Presiden IOC, Kirsty Coventry, menegaskan bahwa organisasi tersebut tetap berpegang pada prinsip bahwa akses terhadap olahraga merupakan hak asasi manusia. (Foto: AP)
Komite Olimpiade Internasional (IOC) menetapkan target untuk merampungkan kebijakan baru terkait kelayakan gender dalam olahraga wanita pada awal 2026.
Kebijakan ini berpotensi mengatur lebih ketat keikutsertaan atlet transgender di ajang Olimpiade, termasuk kemungkinan pengecualian dari kategori perempuan.
Presiden IOC, Kirsty Coventry, menegaskan bahwa organisasi tersebut tetap berpegang pada prinsip bahwa akses terhadap olahraga merupakan hak asasi manusia—terutama pada level akar rumput dan kegiatan rekreasi.
Namun, Coventry yang merupakan mantan perenang peraih dua medali emas Olimpiade juga menekankan perlunya perlindungan terhadap kategori perempuan di level kompetitif.
Sejak menjabat pada Juni, ia membentuk kelompok kerja khusus untuk mengkaji isu tersebut.
Coventry memenangkan pemilihan presiden IOC setelah mayoritas dari tujuh kandidat menyuarakan perlunya kebijakan yang lebih kuat terkait kelayakan gender.
Selama ini IOC hanya memberikan panduan umum kepada federasi olahraga internasional, yang kemudian menentukan aturan masing-masing.
“Saya berharap dalam beberapa bulan ke depan, dan pasti sebelum kuartal pertama tahun depan berakhir, kita sudah memiliki keputusan yang jelas,” kata Coventry dalam konferensi pers usai rapat dewan eksekutif.
Target waktu tersebut berarti kebijakan baru IOC—kemungkinan mencakup atlet transgender dan atlet dengan perbedaan perkembangan seksual (DSD)—bisa disahkan tepat sebelum Olimpiade Musim Dingin Milan-Cortina yang dibuka 6 Februari mendatang.
Isu ini menjadi semakin sensitif menjelang Olimpiade Los Angeles 2028. P
residen AS Donald Trump sebelumnya menandatangani perintah eksekutif “Keeping Men Out of Women’s Sports,” yang dapat menghentikan pendanaan bagi organisasi yang mengizinkan atlet transgender berkompetisi di olahraga perempuan.
Komite Olimpiade dan Paralimpiade Amerika Serikat (USOPC) kemudian mewajibkan seluruh federasi nasional untuk mematuhi aturan tersebut, yang secara efektif melarang atlet transgender perempuan mengikuti kompetisi.
Beberapa badan olahraga besar seperti atletik dan renang dunia juga telah lebih dulu menetapkan larangan bagi mereka yang mengalami pubertas laki-laki untuk ikut serta di kategori perempuan sebelum Olimpiade Paris 2024.
Di Paris pula, kontroversi meledak terkait kelayakan dua peraih emas tinju putri, Imane Khelif dari Aljazair dan Lin Yu-ting dari Taiwan.
Organisasi tinju dunia yang baru, World Boxing, kini memberlakukan tes gen SRY untuk mengidentifikasi kromosom Y pada atlet. Langkah serupa juga diterapkan oleh World Athletics serta Federasi Ski dan Snowboard Internasional.
Coventry mengakui bahwa mencari konsensus global “tidak akan mudah,” namun menegaskan bahwa perlindungan kategori perempuan harus dilakukan dengan cara yang paling adil. Hingga kini belum jelas berapa banyak atlet transgender yang benar-benar berkompetisi pada level Olimpiade.
Meski perdebatan terus berlangsung, Piagam Olimpiade menegaskan bahwa olahraga adalah hak asasi manusia tanpa diskriminasi. “Sikap itu tidak akan berubah,” ujar Coventry. “Olahraga, pada level dasar dan rekreasi, adalah untuk semua orang dan harus dapat diakses oleh siapa saja.”
Artikel Tag: IOC
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/olahraga-lain/ioc-targetkan-kebijakan-baru-soal-kelayakan-gender-pada-awal-2026

Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini