Rafael Nadal Ungkap Pengaruh Federer Dan Djokovic Dalam Kariernya

Berita Tenis: Ketika Rafael Nadal pensiun dari tenis pada musim 2024, luapan emosi disaksikan di seluruh dunia tenis, terutama dari para pendukung sang petenis.

Sekitar 21 musim yang lalu, petenis berkebangsaan Spanyol berbakat yang masih berusia 18 tahun pertama kali mengukir namanya setelah ia menundukkan petenis peringkat 2 dunia saat itu, Andy Roddick, di final Davis Cup.

Petenis yang baru-baru ini bertanding melawan petenis muda Filipina, Alexandra Eala, kemudian menjadi bagian dari rivalitas terbesar dan terbaik yang pernah disaksikan dalam olahraga ini, bersama mantan petenis berkebangsaan Swiss, Roger Federer dan petenis berkebangsaan Serbia, Novak Djokovic.

Trio ini, yang bertanding dalam total 150 pertandingan, memenangkan 66 gelar Grand Slam selama karier mereka, dengan Djokovic masih bisa menambah jumlah ini karena ia masih berkiprah di turnamen ATP.

Dalam wawancara baru-baru ini, mantan petenis peringkat 1 dunia pun membahas Tiga Besar dan dampak Federer dan Djokovic terhadap perkembangannya sebagai petenis.

Saat berbincang dengan Jorge Valdano di program Movistar+ ‘Universo Valdano’, mantan petenis yang telah mengoleksi 22 gelar Grand Slam membahas pengaruh Tiga Besar terhadap generasi petenis profesional saat ini, termasuk dua bintang tenis yang tengah bersinar, Carlos Alcaraz dan Jannik Sinner.

“Kami melewati fase-fase. Saat muda, kami merasakan segalanya dengan lebih intens,” ujar Nadal kepada Valdano, seperti dilansir Punto de Break.

“Selama bermusim-musim, segalanya menjadi lebih ringan. Hal positif dari era kami adalah kami telah menyelesaikan karier dan bisa makan malam bersama tanpa masalah.”

“Itu sesuatu yang patut dibanggakan. Kami bersaing memperebutkan gelar juara terbesar, tetapi kami tidak sampai ke titik ekstrem. Rivalitas tetap terjaga dan hubungan pribadi kami selalu dilandasi rasa hormat, kekaguman, dan bahkan persahabatan dengan para rival. Saya senang menjadi bagian dari kisah ini.”

“Tanpa meremehkan Sinner dan Alcaraz, yang ingin melakukan segalanya dengan benar, saya pikir kami [Tiga Besar] telah membantu generasi baru memahami bahwa anda bisa menjadi pesaing yang tangguh tanpa membenci rival anda.”

“Anda bisa menjalin hubungan yang belum tentu persahabatan, tetapi tetaplah hubungan yang baik. Ini adalah warisan baik yang kami tinggalkan.”

Kemudian dalam percakapan tersebut, mantan petenis berusia 39 tahun membahas bagaimana ia, Federer, dan Djokovic saling memengaruhi selama karier mereka.

“Kami datang setelah Pete Sampras, yang telah meraih 14 gelar Grand Slam. Kami, yang terdiri dari tiga orang, bukan dua, tidak pernah punya waktu untuk bersantai. Tuntutannya sangat tinggi. Kami tidak pernah berhenti saling mendorong. Tidak ada ruang untuk melewatkan turnamen,” tambah Nadal.

“Itulah kehebatan era kami. Kami selalu berada di babak final, bersaing memperebutkan turnamen-turnamen terpenting. Saya rasa tidak mungkin satu orang saja bisa melakukannya. Saya rasa tidak banyak yang berubah.”

“Dunia terus berkembang dan gaya bermain pun sedikit berubah. Anda memukul lebih keras, servis lebih keras. Saya masih percaya pada intuisi, bukan bermain seperti robot yang mencoba menebak dari statistik. Saya membahas hal ini dengan Roger dan ia tidak suka menerima terlalu banyak informasi.”

Mungkin tidak terlalu mengejutkan bahwa Nadal memenangkan Grand Slam terakhir dalam kariernya pada musim 2022 di French Open, Grand Slam yang total ia menangkan sebanyak 14 kali.

Artikel Tag: Tenis, Rafael Nadal, Roger Federer, Novak Djokovic