30 Tahun Kematian Ayrton Senna, F1 Mengenang Dengan Penuh Haru

Penulis: Ezi Yulia
Rabu 01 Mei 2024, 08:30 WIB
Ayrton Senna

Ayrton Senna (Foto: senna.com)

Ligaolahraga.com -

Berita F1: Tiga puluh tahun setelah kematiannya di Grand Prix (GP) San Marino, Ayrton Senna masih dipuja di Formula 1 (F1), olahraga yang telah bertransformasi usai kecelakaan fatal yang dialaminya.

Pebalap Brasil berusia 34 tahun ini memimpin di Imola pada 1 Mei 1994, ketika dia keluar lintasan di tikungan Tamburello dan menabrak dinding beton. Itu merupakan kecelakaan kedua yang terjadi di akhir pekan itu.

Sejak kecelakaan tragis itu, hanya satu pebalap, yaitu pebalap Prancis Jules Bianchi di Jepang pada 2015, yang meninggal dunia dalam kecelakaan di balapan F1.

Dalam sebuah film yang dirilis pada 2013 dengan judul "1: Life On The Limit", jurnalis Inggris Maurice Hamilton mengamati bahwa kematian Ayrton Senna "disiarkan ke ruang keluarga jutaan orang yang tidak tahu banyak tentang olahraga balap jet darat itu tetapi tahu siapa dia dan ingin tahu siapa pelakunya”.

Investigasi atas kematian Ayrton Senna menyimpulkan bahwa penyebab kecelakaan tersebut pada bagian kemudi mobil Williams-nya. Dalam tabrakan tersebut, ban depan kanan terlepas dan terbang ke kepalanya. Lengan suspensi juga menembus helmnya.

Sehari sebelumnya, di babak kualifikasi, pebalap Austria Roland Ratzenberger meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan. Senna memerintahkan sebuah mobil untuk bergegas ke tempat kejadian.

Dokter F1 Sid Watkins menulis dalam bukunya Life At The Limit bahwa dia mengatakan kepada Senna yang putus asa: "Ayrton, mengapa Anda tidak mundur dari balapan besok".

"Sejujurnya, mengapa Anda tidak pensiun saja? Apa lagi yang perlu Anda lakukan? Anda sudah tiga kali menjadi juara dunia, Anda jelas merupakan pebalap tercepat. Mundurlah dan ayo pergi memancing.”

Watkins menulis bahwa Senna menjawab: "Sid, ada beberapa hal yang tidak bisa kita kendalikan. Saya tidak bisa berhenti, saya harus terus membalap."

Senna bergegas menemui pebalap yang mengalami cedera pada hari sebelumnya yakni rekan senegaranya, Rubens Barrichello, akibat mengalami kecelakaan. Watkins menyelamatkan Barrichello dengan mencegah pebalap tersebut tersedak oleh lidahnya sendiri.

"Tiga kecelakaan besar," kata Frederic Vasseur, yang saat ini menjadi kepala tim Ferrari. "Saya rasa itu mengejutkan dunia F1.

"Saya tidak tahu apakah itu pemicunya, tetapi saya rasa memang benar bahwa sering kali ketika terjadi kecelakaan, kami berubah. Setelah Jules, kami membuat halo, misalnya.”

Dia menyinggung tentang halo, yaitu lingkaran di atas kokpit yang sekarang melindungi kepala pengemudi.

Meskipun F1 sudah mulai lebih memperhatikan keselamatan, berkat inisiatif sejumlah pebalap seperti juara dunia tiga kali F1 Jackie Stewart, kematian Senna mendorong upaya-upaya baru untuk meningkatkan mobil, peralatan, dan sirkuit.

Ketika Senna kecelakaan, Michael Schumacher, di musim keempatnya, berada beberapa meter di belakangnya. Pada 2000, ketika ditanya tentang perasaannya setelah menyamai rekor Senna dengan 41 kemenangan balapan F1, pebalap asal Jerman itu menangis.

Lewis Hamilton juga memiliki kenangan emosional pada hari yang tragis itu. Dia mengatakan bahwa, pada usia sembilan tahun, dia membantu ayahnya, Anthony, memperbaiki mobil gokartnya di sebuah ajang balap junior di Inggris.

"Seseorang mengatakan kepadanya bahwa Ayrton telah meninggal. Dan saya ingat saya harus menjauh dari ayah saya karena dia tidak akan pernah membiarkan saya menangis di depannya, jadi saya harus pergi ke tempat lain. Itu tidak mudah," kenang Hamilton di Imola pada 2020.

(aw)

Artikel Tag: Ayrton Senna

Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/f1/30-tahun-kematian-ayrton-senna-f1-mengenang-dengan-penuh-haru
270  
Komentar

Terima kasih. Komentar Anda sudah disimpan dan menunggu moderasi.

Nama
Email
Komentar
160 karakter tersisa

Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar disini