Emma Raducanu Tak Sabar Untuk Berkompetisi Di Cina

Emma Raducanu ketika juarai US Open 2021
Berita Tenis: Emma Raducanu baru-baru ini berbicara kepada China Daily tentang sejumlah topik, termasuk hubungannya dengan para penggemar di Cina dan Grand Slam mana yang ia harap bisa ia menangkan selanjutnya.
Petenis yang lahir di Toronto, Kanada memiliki ayah yang berasal dari Rumania dan ibu yang berasal dari Cina. Latar belakang yang beraneka ragam telah membantunya menarik banyak minat dari komunitas berbeda dari seluruh penjuru dunia.
Petenis berusia 18 tahun yang fasih berbahasa Mandarin mengawali wawancara dengan berterima kasih kepada para penggemar Cina atas dukungan yang mereka perlihatkan selama perjalanan bersejarah di US Open awal bulan ini. Ia mengungkapkan bahwa ia tidak sabar untuk bermain di Cina pada musim depan.
“Saya pastinya ingin bermain di Cina,” aku Raducanu. “Saya ingin berterima kasih atas dukungan mereka. Saya sangat lega bahwa semua penggemar yang berasal dari Cina menyaksikan pertandingan saya. Saya tidak sabar menunggu sampai musim depan untuk berkompetisi di sana.”
Juara US Open musim 2021 lalu menjelaskan tentang hubungannya dengan Cina bagian timur laut. Ia mengungkapkan bahwa ibunya berasal dari Shenyang dan ia kerapkali berkunjung ke kota tersebut untuk mengunjungi keluarganya.
“Saya seorang gadis yang memiliki hubungan dengan Cina bagian timur laut,” lanjut Raducanu. “Ibu saya berasal dari sana. Saya kerapkali pergi ke sana untuk mengunjungi anggota keluarga saya, seperti nenek saya. Saya pastinya ingin bermain di Cina, sehingga saya bisa bertemu penggemar saya di sana.”
Kemenangan petenis berusia 18 tahun di US Open mengakhiri penantian 44 musim Inggris untuk juara Grand Slam nomor tunggal putri. Sebelum dirinya, Virginia Wade merupakan petenis putri Inggris terakhir yang memenangkan gelar prestisius tersebut ketika ia menjadi juara di Wimbledon musim 1977.
Sejak kemenangan Wade, belum ada lagi petenis putri Inggris yang berhasil mengangkat Venus Rosewater Dish (trofi Wimbledon nomor tunggal putri), tetapi petenis berusia 18 tahun berhasrat untuk mengubah hal tersebut. Ketika ditanya apakah ia mengincar gelar Grand Slam tertentu, ia menyatakan bahwa jika ia bisa memilih, ia ingin memenangkan Wimbledon.
“JIka saya harus memilih, maka Wimbledon mungkin akan menjadi pilihan saya hanya karena itu ajang prestisius di negara saya dan dengan semua dukungan yang berasal dari rumah saya sendiri. Saya pikir itu akan terasa sangat istimewa,” jawab Raducanu.
Petenis berusia 18 tahun juga merefleksi kemenangan US Open yang bersejarah. Ia menjadi qualifier pertama yang memenangkan gelar Grand Slam ketika mengalahkan Leylah Annie Fernandez di final. Ia mengaku terkejut ketika ia mampu memenangkan 10 pertandingan di Grand Slam, tetapi di waktu yang sama ia merasa senang bahwa kerja kerasnya terbayar.
“Saya tidak bisa benar-benar percaya bahwa saya melakoni 10 pertandingan dan memenangkan kesepuluh pertandingan itu dengan level tinggi di Grand Slam,” tutur Raducanu.
“Jadi bagi saya, itu pastinya mengejutkan, tetapi saya merasa benar-benar senang bahwa semua kerja keras yang telah saya lakukan sebelumnya terbayar dan di panggung sebesar itu.”
“Saya pikir sungguh mengagumkan bahwa dua remaja berada di final Grand Slam. Saya harap kami bisa bertanding melawan satu sama lain dalam banyak kesempatan, karena Leylah adalah kompetitor dan petenis yang luar biasa.”
“Tetapi saya pikir kami juga masih memiliki jalan panjang untuk sampai, mungkin di level ketika kami bisa menorehkan hasil seperti itu secara konsisten.”
Artikel Tag: Tenis, US Open, Emma Raducanu
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/tenis/emma-raducanu-tak-sabar-untuk-berkompetisi-di-cina
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini