Track Record Buruk, Persebaya Tetap Kontrak Arthur Irawan

Berita Liga 1 Indonesia: Langkah mengejutkan diambil manajemen Persebaya Surabaya dengan mengontrak eks pemain Espanyol B, Arthur Irawan jelang digulirkannya Liga 1 Indonesia 2018. Pilihan manajemen mengontrak Arthur mengejutkan lantaran cukup banyak kalangan yang menilai kalau pemain asli Surabaya itu tidak layak berseragam Bajul Ijo.

Kemampuan Arthur yang disebut-sebut sempat menimba ilmu ke Spanyol bersama Espanyol B itu memang masih jadi tanda tanya bagi sebagian besar pecinta sepak bola tanah air. Track recordnya bersama dua tim sebelumnya, yaitu Persija Jakarta dan Borneo FC cukup mengecewakan. Di dua tim tersebut, Arthur lebih banyak duduk sebagai pemanis di bangku cadangan.

Meski tidak sedikit yang meragukan kemampuan Arthur Irawan, Pelatih Kepala Persebaya Surabaya Angel Alfredo Vera menilai pemain 24 tahun itu memiliki potensi untuk terus dikembangkan.

"Dia baru bergabung dengan kami, dan memang butuh waktu untuk bisa belajar dengan sistem kami. Tapi kalau saya lihat, kualitas dia tidak begitu jauh dengan pemain lain, dan dia bisa membantu tim," kata Alfredo Vera memberikan penilaiannya terkait Arthur seperti dinukilkan situs resmi Persebaya Surabaya.

Selain meresmikan Atrhur sebagai rekrutan anyar, pada waktu bersamaan manajemen Persebaya Surabaya juga mengontrak tiga pemain lain yang juga merupakan putra daerah Surabaya. Tiga pemain tersebut adalah Stefano Alexander Pietersz, Fandi Eko Utomo, dan Jossa Andika Dwi Pratama.

"Stefano, Jossa dan Arthur sudah lama berlatih bersama kami. Selama program latihan, mereka telah bekerja keras dan sangat disiplin. Ketiganya berhasil meyakinkan pelatih bahwa mereka bisa memberikan kontribusi lebih bagi tim. Sementara Fandi telah memiliki banyak pengalaman bersama klub-klub profesional tanah air," kata Manajer Persebaya, Chairul Basalamah menyampaikan pertimbangan tim dalam menyodorkan kontrak terhadap empat pemain muda tersebut.

Artikel Tag: Liga 1, piala presiden 2018, Persebaya Surabaya, angel elfredo vera, arthur irawan