Dejounte Murray Bicara Keterpurukan Bersama Pelicans

Berita Basket NBA: Dejounte Murray tiba di New Orleans musim panas lalu untuk mencari kesempatan baru. Dua tahun masa tugasnya di Atlanta, bersama Trae Young, hanya menghasilkan dua kemenangan pascamusim.

Hasil itu tidak sesuai harapan, terutama mengingat Hawks menyerahkan tiga pilihan putaran pertama dan pertukaran pemain untuk mendapatkannya. Murray, yang baru berusia 28 tahun dan berada di puncak kariernya, berharap Pelicans akan memberinya landasan yang stabil untuk berkembang.

Sebaliknya, tahun pertama Dejounte Murray bersama Pelicans berubah menjadi mimpi buruk. Cedera, tragedi, dan disfungsi di luar lapangan menggagalkan apa yang seharusnya menjadi musim kebangkitan.

Di The Pivot Podcast, Murray tidak berbasa-basi tentang tantangan yang dihadapinya. Dejounte Murray menjelaskan bahwa tragedi pribadi memperparah perjuangannya di lapangan.

"Saat itu, saya mengalami banyak masalah. Tangan saya patah, dan saya sedang dalam masa pemulihan. Ibu saya terkena stroke, salah satu sepupu saya meninggal, lalu paman saya overdosis," katanya dalam wawancaranya.

Musimnya tidak hanya diwarnai oleh cedera, tetapi juga kesedihan, isolasi, dan kurangnya dukungan. Tekanan untuk mengatasi kekalahan sambil berusaha tetap produktif di tim yang sedang gagal terbukti terlalu berat. "Saya tidak mendapatkan apa yang saya butuhkan dalam organisasi," Murray menambahkan.

"Sulit bagi saya untuk mendapatkan waktu latihan. Sulit bagi saya untuk mendapatkan waktu latihan. Sulit bagi saya untuk mendapatkan waktu bermain sendiri."

Murray, yang memulai kariernya dengan San Antonio Spurs yang terorganisasi dengan baik, tampak tidak siap menghadapi apa yang disebutnya sebagai lingkungan tim yang tidak berfungsi. Menurut survei pemain anonim The Athletic pada bulan April, Pelicans termasuk di antara tim dengan manajemen terburuk di NBA.

Artikel Tag: Dejounte Murray, New Orleans Pelicans