Skorsing Iga Swiatek Picu Amarah Lebih Terkait Minimnya Transparasi Kasus
Berita Tenis: Skorsing Iga Swiatek usai hasil tes positif untuk substansi terlarang, beberapa bulan usai kabar tentang hasil positif Jannik Sinner juga terkuak, telah menimbulkan lebih banyak rasa frustasi mengenai kurangnya transparansi seputar kasus-kasus tersebut.
Petenis berkebangsaan Polandia melewatkan seluruh musim hard-court di Asia pada bulan September dan Oktober. Ia kembali beraksi hampir setelah dua bulan menepi dari lapangan di WTA Finals, Riyadh dan menyelesaikan musim 2024 dengan lolos ke semifinal bersama Polandia di Billie Jean King Cup Finals, Malaga.
Namun, alasan bagi petenis peringkat 2 dunia untuk absen dari seluruh turnamen di Asia baru tersiar luas pada pekan ini. Ia ternyata menerima larangan bertanding selama satu bulan setelah ia positif menggunakan substansi terlarang, trimetazidine.
Sampel di luar kompetisi yang diberikan Swiatek pada tanggal 12 Agustus menunjukkan hasil positif. Hal tersebut hanya tiga hari sebelum laga pembuka sang petenis di Cincinnati.
ITIA melarangnya bertanding secara sementara pada 12 September. Sepuluh hari kemudian, ia mengajukan banding dan menjelaskan bahwa obat yang dijual bebas telah terkontaminasi dengan substansi terlarang tersebut.
Pengujian yang dilakukan Sports Medicine Research and Testing Laboratory mengkonfirmasi penjelasan juara French Open musim 2024 dan skorsing sementaranya dicabut pada 4 Oktober. Karena ia telah menjalani sebagian dari larangan bertanding selama satu bulan, ia bisa kembali beraksi pada awal musim 2025.
Petenis berusia 23 tahun akan merasa lega karena larangan bertanding tersebut singkat setelah ia membuktikan bahwa hasil tes positif disebabkan oleh kontaminasi, tetapi hal tersebut menimbulkan masalah transparansi dalam kasus-kasus seperti itu.
Untuk kali kedua pada musim 2024, salah satu petenis terbaik dunia merahasiakan kasusnya sampai putusan dijatuhkan. ITIA melakukan investigasi tertutup selama lima bulan terhadap kasus doping Sinner sebelum mengumumkan bahwa ia telah dibebaskan.
Namun, kasus Sinner belum berakhir karena WADA telah mengajukan banding untuk hasil putusan sang petenis dan berargumen bahwa larangan bertanding selama satu sampai dua musim akan menjadi hukuman yang pantas karena ia positif menggunakan substansi terlarang, clostebol.
Mirip dengan kasus tersebut, skorsing awal petenis berkebangsaan Polandia dan keberhasilan bandingnya tidak diketahui saat itu. Para penggemar baru mengetahui bahwa sang petenis dinyatakan positif menggunakan substansi terlarang ketika ia telah menerima skorsing selama satu bulan.
Kurangnya transparansi ditunjukkan oleh alasan yang diberikan atas ketidakmampuan Swiatek untuk berkompetisi di turnamen selama masa transisi Asia. Ia seharusnya bermain di turnamen WTA level 1000 yang digelar di Beijing dan Wuhan jika bukan karena skorsing tersebut. Tetapi pihak penyelenggara di Wuhan mengungkapkan bahwa pergantian pelatih menjadi alasan absennya sang petenis.
Banding Swiatek dalam waktu sepuluh hari berarti ia terhindar dari skorsing sementara, tetapi para penggemar dibuat bingung tentang mengapa beberapa kasus berbeda dari yang lain. Kejelasan yang lebih jelas akan menjadi langkah yang positif.
Beberapa jurnalis pun menyuarakan kekecewaan mereka terkait transparansi kasus-kasus seperti itu.
Jurnalis Polandia, Damian Kust menyatakan, “Kini kita mengetahui kenapa Iga tidak berkompetisi di Beijing dan Wuhan. Baik Jannik maupun Iga terlibat dengan sesuatu seperti itu dalam satu musim, semakin memperlihatkan masalah transparansi dalam keseluruhan proses.”
Sementara jurnalis Portugal, Jose Morgado mengungkapkan, “Lagi-lagi, tidak banyak transparansi dalam situasi ini. Seperti dalam kasus Jannik, saya harap kita bisa terus maju dan mereka bisa bermain tenis seperti tenis JAUH LEBIH BAIK dengan keduanya, tetapi semua ini merupakan gambaran yang buruk untuk olahraga ini.”
Artikel Tag: Tenis, Iga Swiatek, Jannik Sinner
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/tenis/skorsing-iga-swiatek-picu-amarah-lebih-terkait-minimnya-transparasi-kasus
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini