Berita Piala Eropa: Suka atau tidak, Portugal adalah tim yang pantas menjadi juara
Ligaolahraga - Berita Piala Eropa: Portugal mendemonstrasikan lini pertahanan yang tangguh sepanjang perjalanan mereka di Piala Eropa 2016 hingga menjadi juara dengan mengalahkan Prancis di laga final, membuat banyak orang yang menganggap keberhasilan mereka hanya keberuntungan semata.
Tiba dengan susah payah di partai final, pasukan asuhan Fernando Santos lagi-lagi menunjukkan bahwa mereka mampu mematahkan prediksi lantaran seringkali mereka dianggap beruntung dapat lolos ke babak gugur dan kali ini mereka melakukannya kepada tuan rumah Prancis, berkat gol dari Eder di babak kedua perpanjangan waktu.
Perjalanan tim asuhan Didier Deschamps berjalan terbilang mulus hingga ke final, bahkan tim juara dunia seperti Jerman mampu mereka kalahkan dengan margin dua gol, melalui sepasang gol dari pencetak gol terbanyak di turnamen ini, Antoine Griezmann.
Namun begitu, permainan pragmatis dari Santos-lah yang berujung dengan kemenangan disini. Portugal kini tak terkalahkan dalam 14 laga kompetitif dan itu mungkin sedikit kejutan bahwa mereka memiliki lini pertahanan yang tangguh, meski lini depan seringkali yang menjadi sorotan sebab memiliki salah satu pemain terbaik di dunia.
Cristiano Ronaldo adalah pemeran utama yang membawa Portugal lolos dari babak kualifikasi dengan torehan lima gol dalam total 11 gol yang dilesakkan oleh mereka. Dan perlu diketahui bahwa mereka memenangkan tujuh laga diantaranya dengan hanya margin satu gol.
Di turnamen, segalanya terasa lebih ketat. Selecao das Quinas nyaris tidak lolos jika saja pertandingan melawan Hungaria tidak berakhir 3-3. Meski tergabung dalam grup yang cukup mudah, namun mereka kesulitan untuk meraih satu pun kemenangan dari Austria dan Islandia.
Melenggang ke babak gugur, Kroasia adalah musuh yang harus dihadapi kali ini dan Portugal berhasil menundukkan mereka setelah laga berjalan selama 117 menit, melalui satu serangan balik, tak peduli betapa membosankannya laga berjalan selama keseluruhan laga. Begitupun dalam laga melawan Polandia yang kemudian harus diselesaikan melalui adu penalti.
Kesuksesan mereka di semifinal dengan mengalahkan Wales di waktu normal dan margin dua gol adalah performa terbaik mereka sepanjang turnamen ini dengan sang megabintang Real Madrid yang kembali menjadi aktor utama dengan mencetak satu gol plus satu assist.
Tandukan Ronaldo di Lyon adalah gol kesembilannya sepanjang berkontribusi dalam turnamen ini dan itu menjadikannya sebagai pencetak gol sepanjang sejarah, menyamai rekor yang pernah dicatatkan oleh legenda Prancis, Michel Platini.
Penarikan keluar dirinya di menit ke-25 pada partai sebesar final Piala Eropa nyatanya tak banyak membuat taktik Portugal berubah. Mereka tetap bermain bertahan, dengan membatasi setiap gerakan para pemain Prancis dan menyerang sesekali ketika mendapatkan kesempatan.
Gignac missing this sums up France's performance in the tournament as a whole. One big disappointment #Euro2016Finalpic.twitter.com/HKczrQIDka
— despoina (@neuerisch) July 10, 2016
Seperti layaknya setiap kemenangan bersejarah lainnya macam tim dinamit Denmark yang meledak di Piala Eropa 1992 atau kemenangan Yunani di edisi tahun 2004. Kemenangan Portugal atas Prancis pun juga berbau keberuntungan, setelah sepakan Andre-Pierre Gignac di menit injury time hanya menyentuh tiang gawang, serta tandukan Griezmann yang entah bagaimana bisa ketinggian dari muka gawang kawalan Rui Patricio.
Sepakan Eder dari luar kotak penalti dibangun oleh keberhasilan lini tengah Portugal mencuri bola dari Prancis dan menyerang ketika tim lawan sedang lengah.
Masa tiki-taka yang dipuja puji oleh publik di edisi empat tahun lalu dengan keberhasilan Spanyol tak lagi berguna di tahun ini. Portugal bermain cerdik layaknya keberhasilan Leicester City di Premier League musim lalu, dengan taktik sepakbola yang terbilang tak rumit untuk dilakukan.
Dan hampir setiap laga di Piala Eropa 2016 ini berlangsung dengan cerita sama, yakni permainan dominan menyerang suatu tim melawan lini pertahanan tangguh. Mulai dari partai pembuka dimana Dimitri Payet menjadi pahlawan Prancis dalam laga kontra Rumania, yang datang ke Piala Eropa dengan koleksi delapan clean sheet di babak kualifikasi, sudah membuktikan hal tersebut.
Penambahan jatah tim yang menjadi 24 tim membuat banyak tim bermain dengan gaya sepakbola yang dibenci oleh publik. Keperkasaan Italia dan debut dari Islandia dan Wales yang sukses disini, semuanya terbangun dari solidnya lini pertahanan.
Berbeda dengan format 16 tim yang terlibat di edisi tahun lalu, setiap tim tak ragu untuk bermain terbuka. Ketika mereka tertinggal satu gol, mereka akan berupaya untuk membalikkan keadaan, tak pernah memedulikan resikonya.
Kali ini banyak tim yang gemar memainkan sepakbola negatif, hal itu menjadi pembuktian bagi para pelatih untuk merancang sebaik mungkin taktiknya, berbeda seperti ajang-ajang sebelumnya yang merupakan panggung bagi para pemain bertalenta.
Rasio gol per laga turun dari 2,45 menjadi 2,12 dalam rentang tahun empat tahun, meski rekor gol dalam satu pertandingan meningkat. Kemenangan Jerman atas Yunani dengan skor 4-2 di 2012 adalah jumlah terbanyak, sedangkan tahun ini kemenangan Prancis dengan skor 5-2 atas Islandia adalah yang terbesar.
Di edisi selanjutnya, tahun 2020, Piala Eropa akan diselenggarakan tanpa tuan rumah, artinya setiap laga akan digelar dengan berkeliling Eropa. Hal ini tentunya akan berdampak pada para pemain yang berisiko untuk mengalami kelelahan dan nampaknya akan sekali lagi menjadi panggung bagi pelatih-pelatih kaya taktik, macam Santos, Claudio Ranieri dan Antonio Conte.
Artikel Tag: Portugal, Piala Eropa 2016, Prancis
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/bola/berita-piala-eropa-suka-atau-tidak-portugal-adalah-tim-yang-pantas-menjadi-juara
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini