Kembalinya Ja Morant Jadi Ujian Terbesar Bagi Masa Depannya di Memphis

Ketika, Ja Morant absen, Grizzlies justru menemukan ritme, di mana permainan menjadi lebih cepat, lebih kompak, dan lebih berbagi bola. (Foto: ESPN)
Kembalinya Ja Morant ke Memphis bukan sekadar momen penyambutan setelah satu bulan absen, melainkan ujian terbesar bagi masa depannya bersama Grizzlies.
Morant bahkan membeli 250 tiket untuk para penggemar guna merayakan comeback-nya pada laga Jumat (12/12), sebuah tanda bahwa penantian panjang akan segera berakhir.
Namun di balik euforia itu, ada pertanyaan besar: apakah kehadirannya akan memperkuat ritme baru tim atau justru menghambatnya?
Manajemen Grizzlies sebenarnya sudah memberi sinyal bahwa mereka selesai menunggu versi lama Memphis kembali.
Keputusan untuk menukar Desmond Bane demi paket aset besar menunjukkan bahwa mereka sedang membangun timeline baru berbasis pemain muda.
Ironisnya, Ja Morant sejauh ini belum menunjukkan bahwa ia bisa menjadi bagian dari masa depan tersebut.
Cedera, suspensi, hingga insiden kontroversial dengan senjata api memang merusak citranya.
Namun, masalah yang lebih mendesak adalah: versi Morant saat ini tidak lagi menyerupai sosok yang dulu mengangkat nama Memphis dengan aksi-aksi eksplosifnya.
Sebelum mengalami cedera betis kanan, Grizzlies memulai musim dengan rekor 4-10—terlihat seperti kelanjutan dari mimpi buruk musim sebelumnya.
Pelatih baru Tuomas Iisalo mencoba membangun sistem pick-and-roll untuk memaksimalkan ancaman merosotnya Morant, tetapi hasilnya tidak sesuai harapan.
Tekanan ke ring yang dahulu menjadi kekuatan utamanya justru menurun drastis.
Hanya 26% tembakan Morant berasal dari area dekat ring, terendah dalam kariernya, dan ia hanya menyelesaikan 55% peluang tersebut.
Akurasi tembakan tiga angkanya juga anjlok hingga 16,7%, sementara turnover mencapai 3,8 per laga.
Performa itu konsisten dengan bahasa tubuhnya. Ketika tidak memegang bola, ia kurang bergerak.
Di pertahanan, ia jadi sasaran. Ia bahkan pernah dibangku-cadangkan di kuarter empat dan terlihat tak terlibat, duduk di ujung bangku pemain serta kemudian menyinggung staf pelatih dalam komentar ke media.
Ironisnya, ketika Ja Morant absen, Grizzlies justru menemukan ritme.
Mereka memenangkan tujuh dari sepuluh pertandingan terakhir. Permainan menjadi lebih cepat, lebih kompak, dan lebih berbagi bola.
Pemain muda seperti Zach Edey, Cedric Coward, Jaylen Wells, hingga Cam Spencer mulai menunjukkan potensi sebagai fondasi masa depan.
Statistik memperlihatkan perbedaan ekstrem. Saat Morant bermain, Grizzlies mencatat jumlah operan paling sedikit per penguasaan bola di half-court dibanding tim mana pun.
Saat ia duduk? Mereka melonjak menjadi tim dengan operan terbanyak ketiga. Hanya dengan menghilangkan satu pemain, identitas tim berubah total.
Masalah terbesar: dominasi bola Morant tidak lagi efektif.
Di antara 36 pemain NBA dengan rata-rata 70 sentuhan per laga, Morant berada di posisi dua dalam waktu memegang bola per sentuhan dan lima besar dalam jumlah dribel per sentuhan.
Namun dari sisi efisiensi, Grizzlies hanya mencetak 0.97 poin per sentuhan Morant—terburuk di antara semua pemain dalam kelompok itu.
Jika Morant kembali dengan gaya permainan lama yang menghentikan aliran bola dan menghambat perkembangan pemain muda, Memphis harus mempertimbangkan opsi menukarnya.
Namun pasar juga tidak pasti: beberapa tim kekurangan aset, beberapa tidak cocok secara sistem.
Pada tahun ketiga dari kontraknya senilai $197,2 juta selama lima tahun, Morant berada di persimpangan.
Tiket mungkin bisa ia beli. Kesabaran? Itu harus ia perjuangkan kembali.
Artikel Tag: Ja Morant
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/basket/kembalinya-ja-morant-jadi-ujian-terbesar-bagi-masa-depannya-di-memphis

Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini