Melihat Kembali Sejarah Bulu Tangkis di Asian Games

Podium Ganda Putra Asian Games 2018/[Foto:PBSI]
Berita Badminton : Pekan lalu diumumkan bahwa ibu kota Qatar, Doha, akan menjadi tuan rumah Asian Games 2030 dan ibu kota Arab Saudi, Riyadh, akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2034. Mengingat pengumuman baru-baru ini, mari kita lihat sekilas sejarah bulu tangkis di Asian Games.
Asian Games adalah acara multi-olahraga kontinental yang diadakan setiap empat tahun sekali di antara para atlet di seluruh benua Asia. Pertandingan pertama diadakan di New Delhi, India pada tahun 1951, sedangkan yang terakhir di Jakarta-Palembang, Indonesia pada tahun 2018 lalu.
Sembilan negara telah menjadi tuan rumah dan 46 negara telah berpartisipasi dalam kejuaraan tersebut. Ini sering dikenal sebagai acara multi-olahraga terbesar kedua setelah Olimpiade.
Bulu tangkis telah menjadi bagian dari kejuaran empat tahunan sejak lama. Ini pertama kali diperkenalkan sebagai olahraga demonstrasi pada kejuaraan 1958 di Tokyo, Jepang sebelum menjadi olahraga reguler pada Asian Games 1962 di Jakarta, Indonesia.
Pada tahun 1962, event bulu tangkis yang diadakan adalah tunggal, ganda dan event beregu baik untuk putra maupun putri. Barulah pada edisi berikutnya tahun 1966 dimana ajang ganda campuran diperkenalkan.
Negara pesaing teratas dalam bulu tangkis secara historis terdiri dari 5 negara ini yakni China, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia. China memimpin dengan total 107 medali yang luar biasa dengan 43 di antaranya adalah emas. Indonesia berada di urutan kedua dengan 99 medali dengan 28 emas, dan Korea Selatan berada di urutan ketiga dengan total 66 medali dengan 16 emas.
Banyak pemain legendaris yang berpartisipasi dan menjadi juara, termasuk legenda bulu tangkis asal Indonesia seperti Liem Swie King, Taufik Hidayat dan Susy Susanti.
Pemain legendaris China, Lin Dan memenangkan medali emas berturut-turut di sektor tunggal putra dan pemain Malaysia, Lee Chong Wei memenangkan perak di edisi 2010.
Banyak pemain top saat ini juga menang dalam kejuaraan ini. Pemain nomor satu dunia, Tai Tzu Ying memenangkan emas pada Asian Games terakhir, sedangkan pemain peringkat 7 dunia, PV Sindhu meraih medali perak.
Pemain tunggal putra peringkat 1 dunia, Kento Momota membantu Jepang mendapatkan posisi ketiga untuk Tim Putra dan sementara pemain peringkat 2 dunia, Chou Tien-chen mendapatkan medali perak pada kejuaraan terakhir 2 tahun lalu.
Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang menyaksikan kebangkitan pemain muda dan antusiasme Indonesia termasuk Jonatan Christie, dan all-Indonesian finals yang mendebarkan antara Marcus Gideon / Kevin Sanjaya dan Fajar Alfian / Muhammad Rian Ardianto melahirkan generasi baru berbakat.
Tapi yang paling menarik di kejuaraan mendatang adalah bertambahnya atlet dari negara Asia lainnya. Pada 2018, 224 atlet dari 19 negara berkompetisi, termasuk pemain dari Iran, Mongolia, Nepal, Maladewa, dan lainnya.
Tentu, kita akan berharap dapat melihat lebih banyak atlet dari berbagai negara bersaing dan sukses di Asian Games 2022 di Hangzhou, China.
Artikel Tag: Bulu tangkis, Asian Games, Indonesia
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/badminton/melihat-kembali-sejarah-bulu-tangkis-di-asian-games

Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini