Liam Lawson Akhirnya Ungkap Luka Lama Usai Didepak Red Bull di Awal 2025
Liam Lawson
Berita F1: Liam Lawson kini bisa bernapas lebih lega setelah mengamankan kursinya di Racing Bulls untuk musim 2026. Namun di balik kepastian tersebut, pebalap asal Selandia Baru itu baru pertama kali berbicara jujur mengenai masa kelamnya saat diberi kesempatan singkat di tim utama Red Bull pada awal musim ini.
Lawson hanya tampil dalam dua seri pembuka sebagai pengganti Sergio Perez. Dalam debutnya di Australia yang diguyur hujan, ia mengalami kecelakaan dan gagal menyelesaikan balapan. Di GP China, ia finis di posisi 12. Hasil tersebut tak cukup memberikan waktu bagi Lawson untuk beradaptasi, dan Red Bull langsung menurunkannya kembali ke Racing Bulls, sementara Yuki Tsunoda mendapat kursi yang ia nantikan bertahun-tahun.
Meski awal musim berjalan berat, Lawson perlahan bangkit. Sepanjang 17 balapan tersisa, ia berhasil mencetak tujuh kali finis di zona poin. Konsistensi ini membuat manajemen Racing Bulls memutuskan mempertahankannya untuk musim 2026, keputusan yang diumumkan antara seri Qatar dan Abu Dhabi.
Usai balapan terakhir musim 2025 di Yas Marina, Lawson menyampaikan kelegaannya menghadapi musim yang sangat menantang. “Ini tahun yang berat. Saya belum sempat benar benar merenungkannya, tetapi jeda musim nanti akan jadi waktunya. Semua pengalaman tahun ini akan saya bawa ke musim depan,” ujarnya.
Namun ketika menyinggung kembali masa singkatnya bersama Red Bull, Lawson tidak menahan diri. Ia menggambarkan periode itu sebagai fase terburuk dalam hidup profesionalnya. “Rasanya seperti sudah lama sekali. Sejujurnya saya tidak terlalu mengingat detailnya. Itu masa yang sangat buruk bagi saya,” ungkapnya. “Saya pasti akan memikirkan itu lagi nanti, namun yang terpenting adalah saya bisa melewati musim ini dan mendapatkan kesempatan lain tahun depan.”
Perjalanan Liam Lawson memperlihatkan bagaimana tekanan di tim papan atas bisa menjadi pedang bermata dua. Red Bull dikenal memiliki standar performa yang sangat tinggi, sejarah panjang mereka dalam mengorbitkan pebalap muda seperti Sebastian Vettel, Daniel Ricciardo, dan Max Verstappen menjadi bukti nyata. Namun standar yang sama membuat banyak talenta muda tergerus karena minimnya waktu adaptasi, seperti yang pernah dialami Daniil Kvyat dan Pierre Gasly.
Kini dengan rasa percaya diri baru, Lawson menyatakan tekadnya untuk menghadapi musim 2026 dengan lebih matang. Ia berharap bisa membuktikan bahwa periode kelam di Red Bull hanyalah awal dari perjalanan yang lebih panjang dalam kariernya di Formula 1.
Artikel Tag: Liam Lawson, Racing Bulls, Red Bull, F1 2025, F1 2026