Berita Sepak Bola: Ini Cuplikan Perjalanan Karir Nil Maizar
Ligaolahraga - Berita Sepak Bola: Menjalani karir kepelatihan mulai dari pelatih amatir, kini Nil Maizar dikenal salah satu pelatih muda terbaik Indonesia. Pernah ditunjuk menukangi Timnas Indonesia, ternyata perjalan karir sampai kepuncak seperti sekarang tidak dilaluinya dengan mudah, semua benar-benar dimulainya dari bawah. Pelatih yang kini menukangi Semen Padang FC di Torabika Soccer Championship (TSC) tersebut memaparkan bagaimana perjalanan karirnya, mulai dari sebagai pemain sampai menjadi pelatih seperti sekarang.
Seperti kebanyakan pelatih sepakbola, Nil Maizar juga mengawali karir sebagai pemain. Mandala FC, sebuah klub sepakbola di Kelurahan Kota Nan Ampek, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, Nilmaizar kecil mulai mengasah kemampuannya bermain bolanya di usia 10 tahun. Meski masih belia, namun kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar dengan cepat diketahui orang-orang sekitarnya.
Tidak heran, begitu memasuki SMP, dia mulai dikenal oleh sebagian besar orang-orang bola Ranah Minang, hasilnya beberapa kali dia dipanggil oleh daerah lain di Sumbar untuk memperkuat tim dalam mengikuti berbagai turnamen, baik tingkat kabupaten maupun provinsi. Hampir semua tim di daerah Sumbar sudah pernah diperkuat pelatih Semen Padang ini dalam berbagai kejuaraan tingkat daerah.
“SMP kelas 1 saya sudah mulai menjadi pemain jemputan di Sumbar, saya pernah bermain untuk klub di Padang Panjang, Pangkalan, Pasaman, Padang, dan lain-lain,” ujar Nil Maizar menyebutkan beberapa daerah di Sumbar yang pernah menggunakan jasanya sebagai pemain bola.
Meski sudah menjadi salah seorang pemain yang sering dibawa beberapa daerah lain untuk mengikuti turnamen atau kejuaraan bukan berarti bayaran yang diterima sama dengan kontrak yang diterima pemain-pemain profesional sekarang.
Saat itu, dia lebih sering hanya dikasih uang makan. Namun, kecintaan kepada sepakbola membuatnya selalu senang menjalani hari-harinya sebagai pemain bayaran non profesional di Sumbar.
“Pertama kali habis main diajak makan, kemudian ada juga yang kasih uang, tapi tidak banyak palingan Rp 2.000 atau Rp 5000,” jelas pelatih yang kini berusia 46 tahun itu.
Nil Maizar merasa cukup beruntung karena aktifitasnya sebagai pemain bola tidak pernah mendapat ganjalan dari orangtua yang semasa itu masih berjualan di salah satu pasar tradisional di Payakumbuh, tanah kelahirannya.
“Orangtua tidak pernah melarang, meski sibuk main bola saya tetap membantu orangtua berjualan di Pasar Batingkek, Payakumbuh,” terangnya.
Tes Pra Olimpiade Untuk Tim Garuda II
Mulai memasuki SMA, ayah dua anak ini bersekolah di SMA N 1 Padang, di sekolah tersebut dia tidak lama, karena sudah dipanggil PSSI untuk mengikuti TC di Cibubur, Jakarta untuk persiapan Pra Olimpiade. Dari situ mulailah hari-harinya dilewati sebagai siswa diklat Ragunan. Saat itu Nil Maizar menjadi satu-satunya putra Ranah Minang yang dipanggil untuk mengikuti TC yang dilaksanakan selama lima tahun tersebut.
Setelahnya, Nil Maizar kembali terpilih sebagai anggota tim Garuda II periode 1989-1991. Tahun 1990 Nil sempat merasakan magang di salah satu klub terbesar Ceko, yaitu Sparta Prague. Sekembalimnya dari Ceko, Semen Padang langsung memanggilnya. Dia memperkuat klub yang kini dilatihnya tersebut selama lima tahun 1992-1997. Tahun 1999 Nil Maizar memutuskan untuk gantung sepatu dan memilih melanjutkan pendidikan dengan kulian di Universitas Ekasakti, Padang, dimana ia meraih gelar sarjana ekonomi.
Karir sebagai pelatih dijalani Nil Maizar dengan sangat cepat, dia mengawali karir sebagai pelatih dengan menangani salah satu tim lokal Padang, Mangkudun FC. Di sana dia melatih para pemain muda untuk bisa berprestasi dan menjadi pemain profesional.
Untuk bayaran Nil mengaku hanya dibayar perlatihan saja, ketika itu dia hanya mendapat bayaran sekitar Rp 20.000 setiap kali latihan. “Namanya juga pelatih amatir. Jadi setiap kali latihan diberi uang, bukan gaji tapi mungkin lebih ke uang lelah saja,” tuturnya.
Dari sana dia tidak butuh waktu lama untuk kembali dilirik mantan timnya Semen Padang, tahun 2004 dia tercatat sebagai pelatih Galatama Semen Padang (pelatih junior). Beberapa tahun dihabiskan Nil untuk melatih pemain-pemain muda Semen Padang. Sampai akhirnya ia ditunjuk sebagai asisten Arcan Iurie di Divisi Utama tahun 2009.
Musim 2009-2010, Nil Maizar berhasil membawa Semen Padang promosi ke Liga Super Indonesia setelah menaklukkan Persiram Raja Ampat pada perebutan peringkat tiga dengan skor 1-0 di Stadion Manahan Solo.
“Saat tim promosi ke Liga Super saya ditunjuk manajemen sebagai pelatih kepala,” terangnya.
Dari situ karir kepelatihan Nil Maizar semakin menanjak, namanya mulai dikenal sebagai salah satu pelatih debutan berpotensi besar. Musim perdananya bersama tim debutan di kasta tertinggi sepakbola Indonesia, dia mampu menghantarkan Semen Padang menduduki posisi empat klasemen akhir ISL tahun 2011/2012.
“Membangun tim itu adalah membangun hati. Hubungan yang terjalin antara pelatih dan pemain harus dari hati ke hati. Setiap pemain butuh perhatian, kalau sudah memiliki hubungan bagus dengan pemain, semua program latihan apa saja yang diberikan pelatih akan dijalani pemain dengan ikhlas,” kata Nil membeberkan sedikit rahasia kesuksusannya membangun setiap tim yang dilatihnya menjadi solid dan selalu kuat.
Selain pernah melatih Semen Padang, Timnas Indonesia, dan Persisam Putera Samarinda, kompetensi Nil Maizar juga pernah dilirik salah satu klub Brunai Darussalam, namun saat itu kesempatan yang datang tidak diambilnya karena masih ingin berkarir di Indonesia.
“Sempat waktu itu ada tawaran ke Brunei tapi saya belum bisa ambil karena masih ada yang harus diselesaikan di Indonesia,” jelasnya.
Namun demikian, pelatih flamboyan itu tidak memungkiri dia memiliki keinginan untuk suatu saat ingin mencoba petualangan sebagai pelatih sampai ke luar negeri.
“Kalau ada tawaran yang memang menjanjikan dan waktunya tepat saya akan mengambil,” paparnya.
Dukungan Keluarga Jadi Pengiring Karir
Selama menjalani profesinya sebagai pelatih, Nil Maizar mengaku mendapat dukungan penuh dari keluarga. Menurutnya, dukungan penuh selau diberikan oleh anak dan istri. Disaat mentalnya terpuruk dan dalam kondisi sangat butuh dukungan keluargalah yang pertamakali memberikan support.
“Saya sering tidak tega kalau melihat anak sampai menangis kalau melihat saya merasa kalah. Dukungan tulus dan ikhlas anak-anak sangat membantu menguatkan saya,” tutur pelatih kelahiran 2 Januari 1970 itu.
Di TSC A 2016 Nil Maizar menukangi tim almamaternya, Semen Padang, saat ini Kabau Sirah (julukan Semen Padang) masih tertahan di posisi 8 klasemen sementara. Target pribadinya untuk kali ini adalah membawa Semen Padang menempati papan atas ISC A 2016
“Sama dengan manajemen saya ingin membawa Semen Padang finish di papan atas. Namun, semua tergantung aplikasi di lapangan, proses persiapan harus bagus, makan dan tidur, motivasi dari internal dan eksternal juga harus bagus,” kata Nil.
Menurutnya, tim Semen Padang mempunyai tim yang cukup mampu untuk bersaing di papan atas ISC A 2016, dia merasa masih banyak yang bisa dikembangkan dari pemain-pemain muda ditimnya. “Kami akan mencoba semaksimal mungkin untuk ISC A 2016,” pungkas Nil Maizar.
Artikel Tag: Semen Padang, timnas Indonesia, Nil Maizar, psp padang
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/bola/berita-sepak-bola-ini-cuplikan-perjalanan-karir-nil-maizar
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini