Rekap Hasil Kompetisi Tenis Meja Di Olimpiade Paris
Gambar pictogram kompetisi tenis meja untuk Olimpiade Paris 2024. (Foto: Olympics)
Kompetisi tenis meja di Olimpiade Paris menghadirkan pertunjukan keterampilan, strategi, dan ketangguhan yang mendebarkan, mengukuhkan dominasi China dalam olahraga ini sekaligus menyoroti bakat-bakat baru dan penampilan yang tak terlupakan dari negara-negara lain.
Fan Zhendong dari China, sang juara dunia, merebut medali emas pertamanya di nomor tunggal putra, mengalahkan Truls Moregardh dari Swedia dengan skor 4-1.
Final ini merupakan ajang unjuk kebolehan Fan dalam hal taktik dan ketangguhan mental, terutama setelah kalah di game pertama dengan skor 8-11.
Moregardh, yang menduduki peringkat ke-26 dunia, tampil luar biasa di turnamen ini, terutama dengan menyingkirkan pemain nomor satu dunia Wang Chuqin pada babak sebelumnya, sehingga medali perak yang diraihnya merupakan pencapaian yang mengesankan.
Kemenangan Fan sangat penting karena menandai dominasinya yang berkelanjutan dalam olahraga ini, menyusul kemenangannya sebagai juara dunia di awal tahun.
Kemampuan bintang China ini untuk beradaptasi di pertengahan pertandingan setelah awal yang goyah di babak final menunjukkan mentalitas juaranya.
Di sisi lain, Moregardh mengungkapkan kebanggaannya atas medali peraknya, dan menyatakan bahwa meraih prestasi seperti itu di Olimpiade pertamanya adalah di luar ekspektasinya. Ia bermain dengan sepenuh hati, terutama di final, namun mengakui permainan Fan yang lebih unggul.
Di nomor tunggal putri, Chen Meng berhasil mempertahankan gelarnya, mengukuhkan statusnya sebagai salah satu pemain terhebat dalam sejarah olahraga ini.
Rekan senegaranya, Sun Yingsha, berhasil meraih medali perak, yang menunjukkan dominasi China yang terus berlanjut di tenis meja putri.
Pertandingan antara Chen dan Sun merupakan ulangan dari final Tokyo 2020, dengan Chen sekali lagi membuktikan keberaniannya dengan merebut emas.
Hina Hayata dari Jepang meraih perunggu, menambahkan titik terang pada kampanye Jepang. Penampilannya merupakan bukti dari ketekunan dan keterampilannya, terutama di bidang yang didominasi oleh pemain China.
Meskipun menghadapi persaingan yang ketat, Hayata berhasil mengamankan satu-satunya medali tenis meja Jepang di Olimpiade ini, menyoroti potensinya sebagai penantang masa depan di panggung global.
Di nomor beregu putra, China melanjutkan rekor tak terputus dengan meraih emas kelima berturut-turut sejak ajang ini diperkenalkan pada tahun 2008.
Tim China, yang menampilkan para legenda seperti Ma Long, yang bermain di Olimpiade terakhirnya, bersama dengan Fan Zhendong dan Wang Chuqin, mengalahkan Swedia di final.
Kontribusi Long, terutama dalam pertandingan ganda bersama Wang, sangat penting, dan pengunduran dirinya setelah acara ini menandai berakhirnya sebuah era.
Ma meninggalkan olahraga ini sebagai pemain tenis meja yang paling banyak meraih medali dalam sejarah Olimpiade, dengan enam medali emas.
Swedia, yang dipimpin oleh Moregardh, melakukan upaya yang gagah berani, membawa pulang medali perak di nomor beregu.
Ini merupakan pencapaian bersejarah bagi Swedia, yang secara konsisten menjadi salah satu pesaing utama dalam tenis meja internasional.
Tim putra Prancis, yang didukung oleh para penonton tuan rumah, mengamankan perunggu setelah pertandingan yang menegangkan melawan Jepang, menambahkan medali lain ke dalam koleksi mereka dan memberikan banyak hal untuk dirayakan oleh tuan rumah.
Dalam kompetisi tim putri, China sekali lagi menjadi yang terbaik, mengalahkan Jepang di final untuk merebut emas. Kemenangan ini semakin mengukuhkan dominasi Cina di seluruh cabang olahraga tenis meja di Paris.
Jepang meraih perak, sementara Korea Selatan mendapatkan perunggu, melengkapi turnamen yang sangat kompetitif dan menarik.
Pertandingan ganda campuran juga menunjukkan keunggulan China, dengan pasangan Wang Chuqin dan Sun Yingsha meraih emas. Ri Jong-sik dan Kim Kum-yong dari Korea Utara meraih perak yang mengejutkan, yang menunjukkan kedalaman dan ketidakpastian dalam olahraga ini.
Ini adalah satu-satunya medali Korea Utara di cabang tenis meja di Olimpiade ini, menandai pencapaian yang signifikan bagi para atlet mereka.
Secara keseluruhan, China mendominasi pertandingan tenis meja, memenangkan total lima medali, termasuk empat emas dan satu perak.
Performa luar biasa ini tidak hanya mempertahankan dominasi China yang telah berlangsung lama dalam olahraga ini, tetapi juga menyoroti generasi pemain baru yang siap membawa obor ke depan.
Dua medali perak dari Swedia dan dua perunggu dari Prancis juga merupakan hal yang penting, terutama bagi negara tuan rumah yang telah berupaya meningkatkan statusnya dalam olahraga yang sangat kompetitif ini.
Ajang tenis meja Paris 2024 merupakan panggung yang tepat untuk kelanjutan dominasi Cina dan munculnya bakat-bakat baru, yang menyiapkan panggung untuk pertarungan Olimpiade di masa depan.
Artikel Tag: olimpiade