Ragam Liga Italia: Menelisik Cara Juventus Menaklukan Bursa Transfer Lewat Marotta
Higuain, Dani Alves dan Dybala adalah rekrutan terbaik Marotta saat ini (Image: Squawka)
Ligaolahraga - Ragam Liga Italia: Sudah hampir sedekade semenjak Juventus kembali ke kasta tertinggi sepak bola Italia setelah menghabiskan semusim di Serie B dan pencopotan dua gelar Scudetto pada tahun 2006 silam.
Setelah mendapatkan kembali kekuatannya, mereka kini berada di penghujung sejarah untuk merengkuh treble winners perdana dalam sejarah klub. Mereka bahkan merupakan klub kedua yang merengkuh itu di Italia setelah kesuksesan Inter Milan di tahun 2010.
Pesta Scudetto mereka harus tertunda karena kekalahan di kandang AS Roma pada akhir pekan kemarin dengan skor 3-1, namun sebuah kemenangan atas Crotone di akhir pekan ini akan cukup bagi mereka untuk merayakan gelar, namun sebelumnya di hari Rabu nanti (17/5) mereka akan tampil menghadapi Lazio di final Coppa Italia.
Namun terlepas dari hiruk pikuk, euforia serta puji-pujian kepada pemain dan pelatih, sebenarnya bagaimanakah cara Juventus untuk kembali menjadi kekuatan paling menakutkan di Italia dan bahkan menaklukan benua biru?
Berbicara soal Si Nyonya Tua tentu tak jauh-jauh dari taktik yang gemilang. Sebelum Massimiliano Allegri menjabat, ada Antonio Conte yang membangun komposisi para pemain, namun ada satu orang di belakang layar bernama Giuseppe Marotta yang menjadi arsitek dalam kesuksesan klub raksasa Turin selama beberapa tahun terakhir ini.
Pria berusia 60 tahun itu menjabat sebagai Direktur Umum yang bertanggung jawab atas segala kegiatan transfer di Juventus. Di negara-negara lain, klub-klub seperti Manchester United, Manchester City, Real Madrid dan Paris Saint-Germain mengandalkan kekuatan dana mereka untuk mendatangkan pemain yang dibutuhkan. Namun Juve tidak semakmur mereka dan Marotta adalah otak utama dalam keberhasilan klub mendatangkan pemain.
Didatangkan dari Tim Rival
Marotta didatangkan oleh Juventus setelah menjabat sebagai direktur di Sampdoria selama enam tahun. Dia berhasil membawa Il Blucerchiati promosi ke Serie A dan bahkan hingga tampil di Liga Champions.
Pada bulan Mei 2010, Juventus melakukan pendekatan kepadanya dan Marotta bersedia untuk bergabung dengan klub raksasa yang saat itu sedang tertidur untuk kembali berjaya di Italia. Fabio Paratici, tangan kanannya, pun mengikuti jejaknya sebagai kepala pemandu bakat di Turin.
Selagi Marotta mengurusi segala hal-hal level atas, Paratici merupakan mata dan telinga untuknya. Dia yang melakukan blusukan dari stadion ke stadion dan mencari target anyar yang bisa dianggap menjanjikan bagi masa depan Juventus. Dia adalah wakil yang paling dipercayai oleh sang direktur, seorang penasihat yang membantunya dalam mempertimbangkan perekrutan dan penjualan para pemain.
Juventus hanya menghabiskan uang ketika mereka ingin dan mencapai kesepakatan ketika mereka tidak ingin, dan Marotta tidak takut untuk merekrut banyak pemain sebab pada musim perdananya di Juve, dia langsung mendatangkan 14 pemain anyar dan mendepak 11 pemain yang tak lagi dibutuhkan oleh klub.
Tanpa Ampun
Dia kejam ketika memang harus begitu, dan lebih dari siap untuk mendatangkan pemain besar ketika waktunya tepat atau tawarannya cukup bagus. Dia tidak ragu-ragu untuk mengaktifkan klausul pelepasan dalam kontrak Gonzalo Higuain dan Miralem Pjanic pada bursa transfer musim panas 2016. Transfer itu juga sekaligus melemahkan dua rival langsung mereka di Serie A.
Siapa yang peduli dengan anggapan bahwa para penikmat sepak bola non-Italia berpikir bahwa perekrutan transfer mereka terlalu vulgar dan melawan semangat dari persaingan? Mereka adalah dua pemain yang dibutuhkan oleh Juventus dan dua-duanya berhasil didapatkan. Cerita yang sama juga terjadi kepada perekrutan Paulo Dybala dari Palermo di tahun 2015. Marotta hanya tinggal menuliskan cek dan sang pemain asal Argentina pun melenggang ke Turin.
Beli Minimal, Kesuksesan Maksimal
Marotta mendatangkan Andrea Barzagli di tahun 2010 saat sudah berusia 29 tahun dengan hanya seharga 300 ribu euro dari Wolfsburg. Kemudian di tahun 2011 Andrea Pirlo yang tak diinginkan lagi oleh AC Milan datang dengan status bebas transfer dan berakhir dengan empat gelar Scudetto beruntun bersama Bianconeri.
Bersama dengan sang maestro, juga datang Stephan Lichtsteiner dari Lazio dan Arturo Vidal dari Bayer Leverkusen yang kemudian berkembang menjadi salah satu gelandang paket lengkap di Eropa ketika diasuh oleh Conte.
Sang Direktur juga berhasil meyakinkan Paul Pogba untuk gabung secara gratis ke Turin ketika gelandang remaja tersebut frustrasi tak mendapatkan jatah bermain bersama Sir Alex Ferguson di Manchester United, klub yang didatanginya kembali pada musim panas 2016 lalu dengan mahar 105 juta euro yang sekaligus memecahkan rekor transfer dunia.
Carlos Tevez mendapatkan kesempatan untuk memulai awalan baru usai kebobrokan di Manchester City. Belum lagi menyinggung nama-nama seperti Fernando Llorente, Alvaro Morata dan Patrice Evra yang semuanya terbuang dari klub terdahulu, namun berakhir dengan trofi juara di Juventus.
Musim Baru, Wajah Baru
Fokusnya adalah membangun skuat dengan cerdas, tak hanya rekrutan yang sudah terkenal dan ketika tim yang dibawa Allegri ke final Liga Champions 2015 sudah menua dan dikacaukan dengan keluarnya tiga bintang sekaligus, maka mereka langsung mengatur ulang tim, menanganinya dengan kepala dingin, mengkalkulasinya dan direncanakan dengan matang.
Tevez, Pirlo dan Vidal, serta kemudian Llorente semuanya hengkang pada musim panas yang sama. Mereka digantikan oleh Dybala, Sami Khedira, Mario Mandzukic dan Juan Cuadrado yang pada saat ini memegang peranan penting dalam formasi 4-2-3-1 yang sukses membawa tim ke penghujung gelar treble winners musim ini.
Selain yang telah disebutkan di atas, di sisi sayap pun diisi oleh Dani Alves yang dilepas begitu saja secara gratis oleh Barcelona dan bek kiri yang gilang gemilang, Alex Sandro, direkrut dari FC Porto pada tahun 2015.
Skuat yang sekarang adalah hasil kejeniusan taktikal Allegri dan rekrutan brilian Marotta. Mereka bisa saja meraih treble perdana sepanjang sejarah klub dan pada akhirnya mengakhiri puasa gelar di Liga Champions selama 21 tahun beruntun. Meski mereka harus mendatangkan sejumlah pemain dengan harga yang mahal untuk mencapai ini, namun segalanya sudah dipikirkan matang-matang dan tak menjadi sia-sia.
Juventus telah cerdas dalam cara mereka sebagai klub untuk menutupi kekurangan soal dana dan itu disebabkan oleh Beppe Marotta, otak yang paling efektif di bursa transfer.
Artikel Tag: Giuseppe Marotta, Juventus, Fabio Paratici