Berita MotoGP: Kenapa Valentino Rossi Dijuluki sebagai 'The Doctor'?
Rossi kecil saat bersama ibundanya, Stefania Rossi
Ligaolahraga - Penggemar MotoGP pasti tahu siapa yang dijuluki sebagai ‘The Doctor’. Ya siapa lagi kalau bukan Valentino Rossi yang telah merengkuh 9 kali gelar juara dunia MotoGP dan menjadi salah satu ikon MotoGP hingga kini. Lalu, kenapa Rossi dijuluki sebagai ‘The Doctor’?
Penggemar MotoGP pasti tahu siapa yang dijuluki sebagai ‘The Doctor’. Ya siapa lagi kalau bukan Valentino Rossi yang telah merengkuh 9 kali gelar juara dunia MotoGP dan menjadi salah satu ikon MotoGP hingga kini.
Lalu kenapa Rossi dijuluki sebagai ‘The Doctor’?
Well,ada banyak interpretasi tentang latar belakang dan arti dari julukan itu. Rossi sendiri pernah secara bergurau mengatakan bahwa di negaranya Italia banyak dokter yang bernama Rossi sehingga ia pun dijuluki sebagai ‘Sang Dokter’.
Ada juga yang menyebut bahwa julukan itu berasal dari keterampilan dan ketepatan Rossi dalam mengemudikan dan mengendalikan motor yang ditungganginya, layaknya seorang dokter yang terampil mengambil tindakan yang tepat pada pasiennya.
Rossi dinilai sangat terampil dalam memutuskan secara tepat dan di momentum yang tepat untuk mendahului pembalap lainnya.
Namun Rossi tidak menjadi ‘The Doctor’ dalam semalam. Ia membutuhkan banyak lap, proses dan rentang waktu yang harus dilalui hingga membuatnya seperti yang dikenal kini.
Selama bertahun-tahun, Valentino Rossi berhasil memikat jutaan penggemar dari seluruh dunia karena prestasi, dan juga sikap ramahnya terhadap para penggemarnya sehingga Rossi pun menjadi ‘media darling’.
Bukan hanya itu, ‘The Doctor’ mencintai para ‘patients’ dengan penuh kesabaran, karena ia mau menyempatkan diri dan meluangkan waktu untuk membalas surat dari para penggemar sekaligus membubuhkan tanda tangannya secara langsung.
Berikut mari kita lihat perjalanan karir sang legenda ‘The Doctor’, dimana ada masa-pasang dan ada pula masa surut yang menyertai perjalanan karirnya hingga kini.
Kemunculan Sang Legenda
Karir di Aprilia (1996-1999)
Sewaktu berusia 14 tahun di tahun 1993 yang merupakan batas usia minimum bagi pembalap yang berlomba di kelas 125cc di Italia, Rossi telah mencuri perhatian dan dua tahun kemudian melalui dukungan dari Peppino Sandroni, Rossi yang berusia 16 tahun telah berhasil menjuarai Grand Prix Italia di kelas 125cc.
Setelah hanya berhasil mencapai finish di peringkat ke-9 pada kejuaraan dunia kelas 125cc di tahun selanjutnya, Rossi tampil lebih baik di tahun 1997 dengan tim Nastro Azzuro dimana ia sukses memenangkan kejuaraan dunia kelas 125cc dengan margin point yang sangat lebar yaitu 83 point.
Setahun kemudian, Rossi kemudian bergabung dengan tim Aprilia menunggangi Aprilia RS250 dan pada 1999, ia pun sukses meraih gelar juara di kelas 250cc. Tak lama setelah itu, karir Rossi kian terlihat prospektif dan diyakini bakal menjadi pembalap tangguh di tahun-tahun selanjutnya.
Rossi melanjutkan pendidikan ke ‘sekolah kedokteran’– Di masa awal karir bersama Aprilia, gaya balap Rossi masih dianggap kencur. Dimana ia gagal meraih posisi 5 besar di kejuraan yang diselenggarakan pada tahun 1996.
Kemudian, Rossi menjuluki dirinya sebagai si anak bandel alias ‘le enfant terrible’. Hal ini sebetulnya merupakan sesuatu yang kurang pantas, namun Rossi kemudian mulai menemukan performa yang pas dalam karir balapnya. Bakatnya sudah terlihat dan hanya perlu sedikit polesan pengarahan agar bisa berkembang dan berkilau.
Karir di Tim Honda (2000-2003)
Segera setelah meraih sukses yang sebetulnya tidak konsisten dengan Aprilia, Honda kemudian mengajukan tawaran dan pada tahun 2000, Rossi pun bergabung dengan tim Honda dengan menunggangi NSR500, berkolaborasi dengan kepala mekanis legendaris, Jeremy Burgess.
Meskipun masih terbilang baru belajar dengan Honda, Rossi sukses mencapai posisi kedua pada kejuaraan dunia di belakang juara dunia Kenny Roberts, Jr.
Rossi mendapatkan kepercayaan diri pada satu lap ketika itu, yang mengantarnya menjadi juara di kelas 500cc sebanyak 11 kali, 13 podium dan 4 pole position.
Semua itu terjadi di masa awal ia bergabung bersama tim Honda. Ketika olahraga ini beralih ke era MotoGP dengan menggunakan mesin 4-tak 990cc, kepercayaan diri Rossi semakin meningkat yang mengantarnya meraih juara 4 musim beruntun dengan meraih 11 kali kemenangan dan meraih 15 podium dari 16 podium yang ada. ‘The Doctor’pun semakin memperlihatkan eksistensinya.
Saat bersama Honda, Rossi diberikan kesempatan menjajal mesin yang kompetitif untuk membuktikan bakat membalapnya. Rossi terus berlatih dan mulai mempelajari bagaimana merawat motornya.
Bila dibandingkan dengan gaya balapnya di kelas 125cc dan 250cc yang urakan dan tak terkontrol, bersama Honda, Rossi berkembang menjadi pembalap yang lebih tenang dan matang.
Karir di Tim Yamaha (2004-2010)
Untuk memberikan kejutan bagi para penggemarnya, media dan juga komentator olahraga, Rossi kemudian mengumumkan kepindahannya dari Honda ke Yamaha, setelah sukses merengkuh kesuksesan selama 3 tahun bersama Honda.
Rossi kemudian tmpil kurang menjanjikan bersama Yamaha di awalnya sehingga banyak kalangan yang meragukan apakah ia bisa sukses di musim 2004.
Dan Rossi membuktikan bahwa anggapan orang terhadapnya keliru!
Setelah bergabung dengan Yamaha, Rossi menyadari bahwa ia perlu untuk mengembangkan dirinya dan membuktikan kepada dunia, terutama kepada Honda bahwa kekuatannya ada pada dirinya, bukan pada mesin Honda untuk meraih gelar juara.
Rossi tidak hanya memenangkan lomba pertama di musim pertama itu, tetapi juga sukses memenangkan pertarungan atas Max Biaggi dan kemudian diluanginya lagi di musim selanjutnya dengan menggunakan mesin yang berbeda. Rossi pun akhirnya meraih gelar juara dunia bersama Yamaha.
Namun dua tahun selanjutnya, karir Rossi terlihat mulai surut dan ia hanya meraih posisi kedua pada tahun 2006. Tahun 2007 juga sama, dimana Casey Stoner dari tim Ducati tampil mendominasi dan meninggalkan Rossi di posisi ketiga.
Pada tahun 2008 Rossi kemudian tampil trengginas dan ia menjadi kian terkenal saat berduel dengan Casey Stoner di Laguna Seca. Klimaks duel itu mencapai puncaknya ketika menyisakan 23 lap dimana kedua pembalap menampilkan aksi luar biasa yang akhirnya dimenang Rossi setelah Stoner mengalami nasib nahas di tikungan terakhir dan Rossi pun berhasil kembali merengkuh gelar juara dunianya dari tangan Stoner.
Tahun tersebut dianggap sebagai tahun penting dalam perjalanan karir Rossi sebagai salah satu pembalap terhebat dan legendaris.
Karir di Tim Ducati (2011-2012)
Pada bulan Agustus 2010, Rossi menyatakan bahwa ia ingin bergabung dengan tim asal negaranya, Ducati, sehingga ia pun menandatangani kontrak berdurasi 2 tahun.
Namun ternyata kali ini peruntungannya tidak bagus dan terbilang gagal yang jauh dari gambaran yang semula diangankannya dimana seorang pembalap Italia dengan motor Italia.
Rossi hanya mencatat peringkat keenam da ketujuh di dua musim bersama Ducati. Rossi pun mengakui kekagumannya terhadap Stoner yang sukses bersama Ducati.
‘The Doctor’ Menjadi Semakin Matang –Dua tahun yang tidak sukses bersama Ducati menjadikan Rossi semakin bijak dan memetik pelajaran bahwa tidak semua mesin motor bisa dikuasai pembalap.
Bersama Ducati, penampilan Rossi terlihat cangung seolah ia selalu dihadapkan dengan resiko kecelakaan yang membuatnya tampil tidak sebagaimana saat bersama Honda maupun Yamaha. Rossi pun kemudian memutuskan kembali ke Yamaha.
Kembali ke Yamaha (2013 – Sekarang)
Ketika kembali ke Yamaha, Rossi pun kembali sukses merengkuh podium setelah finish di peringkat kedua pada Grand Prix Qatar sebagai pembuka musim. Namun pada tahun pertamanya itu, ia hanya berada di peringkat keempat.
Dua tahun sesudahnya, Rossi pun bisa tampil sebagaimana ia dulunya dan di musim keduanya bersama Yamaha pada 2014, dia meraih point total 5000 yang merupakan point tertinggi yang pernah diraih oleh seorang pembalap MotoGP hingga kini.
Tetapi Rossi juga mengalami kecelakaan di Grand Prix Aragon sehingga di akhir musim ia pun harus puas berada di peringkat kedua, tertinggal 67 point dari Marc Marquez.
Pada tahun 2015, Rossi mengawali musim dengan sangat baik dan meraih gelar juara di Qatar dan Argentina sehingga ia pun berpeluang meraih gelar juara dunia kesepuluhnya dan menjadikannya sebagai pembalap pertama yang sukses menggunakan ban depan Bridgestone yang keras.
Namun Rossi akhirnya harus puas berada di peringkat kedua, tertinggal 5 point dari Jorge Lorenzo setelah ia harus menjalani hukuman pengurangan 3 point dan harus memulai lomba di seri terakhir di Grand Prix Valencia dari grid paling akhir menyusul insiden controversialnya bersama Marc Marquez dari tim Repsol Honda di Grand Prix Malaysia di Sirkuit Sepang.
Di musim ini setelah menyelesaikan lima putaran, Rossi telah mengumpulkan 78 point dan berada di peringkat ketiga klasemen sementara.
Para penggemarnya kini masih menanti aksi-aksi seru dan torehan prestasi berupa gelar juara dunia kesepuluh yang akan menjadi ‘masterpiece’ terakhirnya di ajang lomba MotoGP.
Artikel Tag: motogp, Valentino Rossi, Movistar Yamaha