Kanal

Mengenang Ayaka Takahashi Yang Sukses Runtuhkan Dominasi Ganda Putri China

Penulis: Yusuf Efendi
17 Sep 2020, 01:30 WIB

Ayaka Takahashi/[Foto:SinaSports]

Berita Badminton : Juara Olimpiade Rio, Ayaka Takahashi memiliki karir yang cemerlang saat memimpin tim ganda putri Jepang untuk menerobos dominasi kuat dari ganda putri China.

Tim Jepang adalah negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia bulu tangkis dalam 10 tahun terakhir. Di antara mereka, sektor ganda putri telah menjadi terobosan yang sangat penting bagi tim Jepang, dan Ayaka Takahashi adalah pemain yang membantu Jepang untuk pindah dari tim papan atas dan kekuatan top dunia.

Sebagai pelopor tim, Ayaka Takahashi mulai belajar bulu tangkis pada usia 6 tahun, dan fokus pada tunggal putri sejak SMP.

Saat pertama kali debut, dia merangkap berlaga di tunggal putri dan ganda putri. Pada tahun 2008, setelah memenangkan gelar tunggal putri dan ganda putri di Waikato International Series di Selandia Baru, ia memulai perjalanannya dari nol untuk mencapai impian menjadi juara Olimpiade.

Di turnamen Super Series di Jepang tahun itu, Ayaka Takahashi yang masih berusia 18 tahun, pertama kali berpasangan dengan Misaki Matsutomo, yang dua tahun lebih muda darinya. Mereka tersingkir oleh mantan pasangan nomor satu dunia asal Malaysia, Huang Petty dan Chen Yihui di babak kedua, dan Takahashi mendapakan kesempatan untuk bergandengan tangan lagi dengan Matsutomo hingga Osaka International Challenge tahun berikutnya.

Alhasil, mereka berhasil menjadi juara pada kerjasama kedua, memungkinkan keduanya untuk tetap menjalin kemitraan dan terus bersaing di kompetisi internasional.

Di tahun 2010, Ayaka Takahashi fokus di nomor ganda, di saat yang sama ia mulai bekerjasama dengan Kenichi Hayakawa, Kenta Sumino, Dayu Endo, dan Ryota Shiabata di nomor ganda campuran, namun gagal mencapai hasil yang diinginkan.

Di penghujung tahun 2012, Ayaka Takahashi dan Misaki Matsutomo berhasil menjadi juara di Indonesia Grand Prix Gold dan menjadi runner-up Denmark Open Super Series Premier. Khusus di babak semifinal di Denmark, mereka mengalahkan juara Olimpiade, Shinco Tian Qing dan Zhao Yunlei yang menjadi Kemenangan yang sangat penting bagi mereka.

Serangkaian hasil yang luar biasa membuat kombinasi Ayaka/Misaki menjadi 10 besar dunia untuk pertama kalinya pada bulan Oktober. Pada tahun 2013, keduanya melanjutkan momentum peningkatan yang baik.

Dengan peningkatan kekuatan mereka secara keseluruhan, mereka telah naik menjadi bintang baru yang mempesona dam memainkan peran utama dalam kebangkitan kuat tim Jepang.

Pada Japan Open 2014, Ayaka Takahashi dan Msaki Matsutomo akhirnya menjadi juara Super Series pertama sejak mereka bekerja sama setelah beberapa kali runner-up.

Pada Asian Games Incheon berikutnya, mereka juga meraih medali perak ganda putri dan medali perunggu beregu putri hingga melampaui ganda putri China pada 30 Oktober, untuk naik menjadi nomor 1 dunia.

Di tahun 2016, kerjasamanya dengan Misaki Matsutomo secara keseluruhan mencapai kondisi terbaiknya, di paruh pertama tahun itu, keduanya melesat untuk menjuarai Malaysia Masters, All England, India Open, Asian Championship dan Indonesia Open Super Series Premier 2016.

Selain itu, mereka juga memenangkan rekor dengan lawan utama yakni Yu Yang dan Tang Yuanting, Zhang Yina dan Li Shaoxi, Zheng Jingyin dan Shen Shenzan, Peterson dan Zhu Er dalam rekor pertemuan.

Ayaka Takahashi dan Misaki Matsutomo bermain di Olimpiade Rio sebagai unggulan teratas. Ini adalah debut Olimpiade mereka.

Seperti yang kita ketahui bersama, ganda putri adalah kekuatan tradisional tim China. Sejak Ge Fei dan Gu Jun memenangkan Olimpiade Atlanta pada tahun 1996, ganda putri China tidak pernah membiarkan medali emas jatuh, dan bahkan meraih 5 kejuaraan berturut-turut di panggung Olimpiade, yang membuat tugas Ayaka/Misaki tak akan mudah.

Namun, keduanya menunjukkan sisi positif sejak awal penyisihan grup, dan mereka melewati permainan dengan mudah untuk memasuki babak sistem gugur. Meski sempat dites oleh Wen Kewei dan Xu Jiawen dalam tiga game di babak perempatfinal, mereka tetap tidak bisa menggoyahkan laju ke semifinal dan berhasil mengalahkan Zheng Jingyin dan Shen Shengzan untuk masuk ke final.

Lawan Ayaka/Misaki di final adalah Petersen dan Juul, pasangan lain yang antusias telah mengalahkan Tang dan Yuanting di semifinal.

Namun, determinasi dan kemampuan pertahanan serta stamina fisik yang luar biasa dari Ayaka/Misaki berhasil memenangkan medali emas pertama mereka dalam sejarah Jepang di Olimpiade Rio, membantu negaranya mencapai tonggak sejarah baru.

Artikel Tag: Ayaka Takahashi, Misaki Matsutomo, jepang, China

Berita Terkait

Berita Terpopuler Minggu Ini

Berita Terbaru