Mengapa Bane, Turner, dan Pemain Baru Lainnya Tampil Lambat di Tim NBA Baru
Desmond Bane hanya mencetak rata-rata 13,9 poin dalam delapan laga awal NBA, sebelum meledak dengan 37 poin dalam dua pertandingan beruntun. (Foto: AP)
Awal musim NBA 2025-26 menampilkan satu tren menarik: banyak pemain yang pindah tim justru memulai musim dengan performa di bawah standar.
Di antaranya adalah Desmond Bane, Myles Turner, dan Cam Johnson—tiga nama besar yang musim panas lalu berpindah tim melalui pertukaran besar.
Meski kini sebagian dari mereka mulai menemukan ritme, awal mereka yang lambat sempat menimbulkan pertanyaan besar dari penggemar maupun analis NBA.
Desmond Bane, yang diboyong Orlando Magic dengan harga mahal berupa empat pilihan putaran pertama, hanya mencetak rata-rata 13,9 poin dalam delapan laga awal NBA sambil menembak 29% dari garis 3 poin—jauh dari rata-rata kariernya yakni 41%.
Namun Bane tidak panik. Ia menyebut semuanya masih dalam tahap penyesuaian dan butuh waktu untuk menemukan ritme bersama tim baru.
Ternyata, keyakinan Bane tersebut sejalan dengan riset yang dipresentasikan oleh Ben Alamar dan Dean Oliver di MIT Sloan Sports Analytics Conference.
Mereka menganalisis data tracking NBA dari 2016 hingga 2024 dan menemukan bahwa faktor chemistry—atau lebih tepatnya jumlah repetisi bersama—punya pengaruh langsung terhadap hasil tembakan.
Mereka menemukan bahwa pasangan pengumpan-penembak baru menembak rata-rata 10% lebih buruk pada catch-and-shoot dibanding performa mereka setelah 200 percobaan yang sama bersama.
Artinya, semakin sering dua pemain bekerja sama dalam aksi permainan yang sama, semakin tinggi akurasi dan kualitas tembakannya. Bahkan di musim kedua bersama, peningkatan tersebut masih berlanjut.
Fenomena ini terlihat jelas pada Turner dan Johnson.
Setelah awal yang mengecewakan di Milwaukee dan Denver, keduanya kini kembali menembak mendekati atau melampaui rata-rata karier mereka dari jarak jauh.
Mereka bukan pengecualian: data menunjukkan bahwa 53 pemain yang pindah tim offseason ini rata-rata hanya mencetak 27% dari garis 3 poin di laga debut mereka, sebelum meningkat ke angka 33% setelah empat pertandingan, dan terus naik mendekati performa normal.
Penurunan performa tak hanya terjadi pada penembak, tetapi juga pada pengatur serangan.
Nama-nama seperti Chris Paul, Tyus Jones, Dennis Schroder, hingga Anfernee Simons mengalami penurunan peran atau performa dalam sistem baru.
Hanya Jrue Holiday yang sejauh ini langsung klik sebagai point guard utama di Portland.
Riset ini juga memperkuat keyakinan lama: kontinuitas tim memiliki nilai yang sangat besar. Tim dengan roster stabil mengawali musim lebih baik dibanding tim yang menjalani perombakan besar.
Singkatnya, performa lambat pemain baru bukan tanda kegagalan—melainkan bagian alami dari proses adaptasi.
Contoh terbaik? Desmond Bane, yang kini sudah meledak dengan dua pertandingan beruntun 37 poin, membuktikan sabar tak selalu sia-sia.
Artikel Tag: NBA