Kanal

Berita Basket: Mengenal Dawn Staley, Sosok di Balik Sukses South Carolina Juarai NCAA Putri 2017

Penulis: Hanif Rusli
05 Apr 2017, 14:59 WIB

Dawn Staley (jas hitam) berselfie dengan para pemainnya usai menjuarai NCAA putri 2017

Ligaolahraga – Berita Basket: Di detik-detik akhir final NCAA Putri 2017, pelatih Dawn Staley menerima pelukan dari para asistennya. Saat confetti menyirami para pemain South Carolina yang merengkuh gelar basket NCAA pertama mereka, Staley mengenakan topi juara yang dia nanti sepanjang kariernya.

Setelah itu, dia mengenakan jaring ring seperti halnya sebuah kalung usai timnya menang 67-55 atas Mississippi State, rival mereka di Southeastern Conference.

Dengan gelar ini pula, Staley bergabung dengan Pat Summitt (Tennessee), Kim Mulkey (Baylor) dan Marianne Stanley (Old Dominion) sebagai mantan pemain bintang di level perguruan tinggi yang kemudian menjadi pelatih dan merengkuh trofi juara NCAA.

Lebih dari itu, Staley menjadi pelatih Afro-Amerika kedua yang memenangi gelar juara sejak NCAA mulai mensponsori turnamen basket putri pada 1982. (Carolyn Peck menukangi Purdue saat menjuarai NCAA putri pada 1999.) Dan untuk kali pertama dalam lima tahun, sekolah selain Connecticut yang menjadi juara.

 

Staley merayakan kemenangan timnya di final NCAA putri 2017 dengan berkalungkan jaring ring

 

Setelah Peck merengkuh gelar juara, dia memberikan sebagian jaring ring yang Purdue gunting dalam perayaan malam itu, dan mengatakan kepada Staley untuk mengembalikan kepadanya ketika dia meraih gelar juaranya sendiri. Selama bertahun-tahun, Staley menyimpan potongan tali ring itu dalam dompetnya.

“Saya harus mengoperkan potongan jaring ring saya kepada orang lain, jadi mereka bisa membaginya dan semoga mencapai sesuatu yang sama besarnya seperti ini,” kata Staley.

Staley dikenal sebagai point guard ulet adal Philadelphia dan salah satu sosok ternama dalam sejarah bola basket putri, baik di tingkat universitas, profesional, dan Olimpiade. Dia pun sebenarnya ogah-ogahan menjadi pelatih.

Namun kini, sebagai juara NCAA dan baru-baru ini ditunjuk sebagai pelatih tim putri AS di Olimpiade Tokyo 2022, Staley berkesempatan menjadi tolak ukur perbasketan putri di AS. Pasalnya, pelatih Geno Auriemma dari UConn dan Tara VanDerveer dari Stanford sebentar lagi masuk masa pensiun.

 

Staley (tengah) berpose dengan seluruh anggota tim South Carolina usai menjuarai NCAA Putri 2017

 

Untuk ketiga kalinya musim ini, Gamecocks – julukan South Carolina – menekuk Bulldogs – julukan Mississippi State, yang sepertinya kelelahan setelah menang mengejutkan atas UConn lewat babak perpanjangan waktu pada Jumat (31/3) pekan lalu.

South Carolina menyerang sejak awal pertandingan, kemudian tersendat setelah unggul 14 poin di kuarter ketiga. Tapi Gamecocks terbantu olek aksi-aksi A’ja Wilson yang bertubuh 194 cm (23 poin, 10 rebound) dan guard Allisha Gray (18 poin, 10 rebound). Total 42 poin SC didapat dari tembakan bebas.

Staley pernah tiga kali lolos ke Final Four sebahai pemain di Virginia. Dan ini menjadi penampilan keduanya di tiga musim terakhir sebagai pelatih South Carolina. Dia tak pernah menjadi juara sebelum hari Minggu itu.

 

Staley termasuk satu dari 35 wanta Afro-Amerika yang melatih tim putri Divisi I di AS

 

Toh kesempatan bagi kaum wanita minoritas untuk menjadi pelatih kepala di level teratas perbasketan perguruan tinggi putri sangatlah langka.

Mengecualikan perguruan tinggi atau universitas kulit hitam, di antara 320 tim putri Divisi I, hanya 35 (10,9%) memiliki wanita Afro-Amerika sebagai pelatih kepala, sementara 45% pemainnya berkulit hitam, menurut laporan yang dirilis pekan ini oleh Institute for Diversity and Ethics in Sport di University of Central Florida. (19 pria Afro-Amerika juga melatih tim-tim putri).

Setelah John Thompson menjadi pelatih kulit hitam pertama yang meraih gelar basket NCAA di Georgetown pada 1984, “semakin banyak direktur olahraga yang mau menempatkan orang Afro-Amerika sebagai pelatih,” kata Richard Lapchick, direktur IDES. “Semoga, itu juga yang akan terjadi setelah sukses Staley.”

Kata Staley: “Saya rasa para direktur olahraga harus merekrut pelatih terbaik bagi mereka. Jika ternyata pelatih yang mereka cari adalah pria atau wanita berkulit hitam, maka itulah yang harus mereka pilih. Orang yang bisa mendongrak sekolah mereka ke level berikut, yang paling cocok buat mereka, dan tidak berdasarkan warna kulit.”

 

Staley andil memberikan tiga emas olimpiade untuk AS

 

Putri dari kedua orangtua yang pindah dari South Carolina, Staley tumbuh di pemukiman umum di Philadelphia. Dia bermain bisbol, ameran football, dan basket bersama tiga saudaranya, plus anak laki-laki lainnya, dan bisa bermain basket sampai pukul 2 dinihari.

Dia mengasah kegigihannya yang nantinya memungkinkannya meraih tiga medali emas olimpiade sebagai pemain dan menjadi satu dari 15 pemain terbaik di masa-masa awal kompetisi WNBA.

Saat masih bermain di WNBA, Staley dibujuk pada 2000 oleh Dave O’Brien, direktur olahraga Temple University saat itu, untuk melatih tim basket putri mereka. Mungkin karena lebih cintanya pada kota kelahiran ketimbang antusiasme untuk melatih, Staley setuju. Meski dia mengaku, “Tak sejengkal pun dari diri saya yang ingin melatih.”

 

Staley terpilih masuk Nasimith Basket Ball Hall of Fame pada 2013

 

Delapan musim di Temple, Staley membawa Owls ke turnamen NCAA sebanyak enam kali. Namun, dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tak mampu merekrut pemain-pemain yang Temple perlukan untuk melewati putaran kedua turnamen tersebut.

Pada 2008, dia hengkang melatih ke South Carolina, tim yang dipandang sebelah mata dan sepertinya memberikan banyak harapan karena memiliki sumber dana yang memadai. Perlahan Gamecocoks menjadi salah satu kekuatan di seantero AS dan berujung dengan gelar juara nasional.

 

Artikel Tag: dawn staley, South Carolina, NCAA, basket

Berita Terkait

Berita Terpopuler Minggu Ini

Berita Terbaru