Berita Tenis: Kilas Balik Pahlawan Wimbledon di Era Perang Dunia I
Ligaolahraga – Berita Tenis: Jauh sebelum era diberlakukannya hak cipta gambar dan social media, sebelum Borg, Laver, dan bahkan Perry, Wimbledon telah memiliki idolanya sendiri yakni Anthony Wilding. Walaupun ia telah menjadi superstar pada masanya, dan pahlawan perang, mengapa saat ini sangat sedikit orang yang mengenangnya?
Pria kelahiran New Zealand, dengan orang tua Inggris, Wilding telah memenangkan empat kali berturut-turut gelar Wimbledon, dua gelar Australia Terbuka, dan empat gelar Piala Davis, sebelum akhirnya karirnya terhenti karena pecahnya Perang Dunia I.
Kesuksesan luar biasanya di lapangan sesuai dengan pembawaannya yang menyenangkan di luar lapangan dan dimanapun ia berada, dikaruniai gabungan ketampanan dan karisma yang luar biasa, bisa disebut ia adalah superstar tenis yang pertama.
Ia dikabarkan membuat hati banyak penonton berdegup kencang, dan banyak surat kabar memberitakan bahwa beberapa wanita kerap pingsan di Wimbledon lantaran pesonanya yang menenangkan.
Tetapi setelah pecah Perang Dunia Pertama, ia mendaftar sebagai Tentara Inggris dan terbunuh dalam serangan Perancis pada tahun 1915. “Anthony adalah seorang icon dan pria yang tampan,” ungkap keponakannya Anna Wilding, yang menjabat sebagai direktur, aktris, dan koresponden Gedung Putih.
Masih menurut keponakannya, Ia seperti seorang bintang film, tetapi di lapangan tenis. Dunia tenis belum pernah memiliki seseorang seperti dia, dengan kombinasi pesona, kesopanan, dan jiwa petualang yang dimilikinya. “Bayangkan era Great Gatsby, tetapi ia adalah sosok yang nyata, tokoh masyarakat. Ia tinggal bersama raja, ratu, dan para perdana menteri," paparnya lagi.
Pada saat yang sama ia berada di puncak Monaco Tennis Club di bawah kilauan bintang-bintang dan bermain tenis pada hari berikutnya. Ia disebut sebagai James Dean atau David Beckham pada masanya. Para wanita pingsan dan tak sadarkan diri.
Ia dilihat sebagai seorang pelopor dalam latihan. Ia tidak pernah minum alkohol dan tidak pernah merokok. Ia terkenal karena fisiknya, rekan satu timnya di Piala Davis Norman Brookes menggambarkan Wilding sebagai “salah satu sosok pria dewasa terbaik yang tidak diragukan lagi”.
Pertandingan Besar Sang Legenda Wimbledon
Pertandingan terbesar dalam karirnya adalah final Wimbledon 1913 melawan pemain muda cemerlang Amerika Maurice McLoughlin. McLoughlin merupakan favorit juara, tetapi Wilding mampu menunjukkan penampilan yang luar biasa dengan kemenangan 8-6, 6-3, 10-8 (ketika itu belum ada tie-break).
Wilding adalah seorang petualang. Ia memiliki ketertarikan yang besar terhadap sepeda motor dan berkendara mengelilingi Eropa dengan Bat-JAP miliknya. Pada tahun 1908 ia berkendara dengan sepeda motor dari John O’Groats ke Land’s End.
Masuk Marinir Mengakhiri Karir Tenis
Setelah pecah Perang Dunia I, ia bergabung dengan Tentara Marinir Kerajaan, yang diduga atas saran dari Winston Churchill, yang saat itu merupakan Lord of Admiralty yang pertama.
Ia tetap berada di tentara marinir selama beberapa hari dan kemudian ditarik ke Pasukan Intelijen, dimana pengetahuannya tentang jalan-jalan di Eropa terbukti sangat berguna ketika ia ditugaskan ke medan perang di Perancis utara.
Dalam surat terakhirnya, tertanggal 8 Mei 1915, ia menulis: “Untuk pertama kali dalam 7,5 bulan saya akhirnya mendapat pekerjaan yang sepertinya akan berakhir dengan memegang pistol, saya, dan seluruh perlengkapan yang saya pakai seolah terhempas ke neraka. Akan tetapi, jika kami sukses kami akan membantu infanteri kami.”
Hari berikutnya, 9 Mei, ia terbunuh dalam Perang Aubers Ridge di Neuve-Chapelle, ketika ia sebuah bom meledak di dekat lubang tempat ia berlindung. Ia dimakamkan keesokan harinya, tetapi kemudian disemayamkan di Rue-des-Berceaux. Ia sedianya akan menikan dengan bintang Broadway Maxine Elliott.
Seorang koresponden harian tenis Andrew Wallis Myers, dalam biografi Wilding tahun 1916, menggambarkan tindakannya: “Wilding mengamati dan mengarahkan api, keduanya berasal dari platform senjata api dan parit, sepanjang waktu berada di bawah situasi penembakan yang menegangkan.”
Pada tahun 1978, ia dinobatkan dalam International Tennis Hall of Fame. Tetapi Nyonya Wilding menganggap bahwa pengakuan tersebut belum cukup untuk seluruh prestasi yang diraihnya.
“Anthony meninggal berjuang sebagai orang Inggris, bukan sebagai orang New Zealand, untuk beberapa alasan ia berada diantaranya keduanya. Ia tidak dirayakan di peringatan militer New Zealand maupun pemerintah di sana, dan saya rasa hal ini karena ia menghabiskan begitu banyak waktunya di Inggris," katanya lagi.
“Tidak pula dilakukan orang-orang Inggris yang sepertinya menganggapnya sebagai bagian dari masyarakat. Akan sangat menyenangkan melihat lebih banyak pengakuan dari orang-orang Inggris karena ia hidup disini sepanjang sisa hidupnya dan meninggal dalam berjuang untuk mereka. Sangat disayangkan, karena kisah hidupnya sangat luar biasa.”
Berita kematian Wilding dinyatakan lebih banyak dibandingkan dengan New Zealand All Blacks, ia telah “membawa nama Dominion ke wilayah-wilayah di bumi dimana itu mungkin tidak diketahui hingga ada keterkaitan dengan ketenarannya”.
Bagi Nyonya Wilding, paman luar biasanya telah meninggalkan warisan yang kaya, yang ingin ia ungkapkan lebih banyak lagi.
Peninggalan Anthony adalah bahwa ia merupakan atlet sejati, seorang pria hebat, yang menjadi pahlawan di dalam dan di luar lapangan. Kita tidak bisa melupakan bahwa ia juga seorang traveler dan petualang.
Artikel Tag: Anthony Wilding, Tenis, wimbledon, Perang Dunia I
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/tenis/berita-tenis-kilas-balik-pahlawan-wimbledon-di-era-perang-dunia-i
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini