Banyak Petenis Gugur Akibat Kram Di AS Terbuka
LigaOlahraga.com - Dalam sebuah catatan menyebutkan dalam pertandingan di AS Terbuka 2015, sudah ada 16 petenis yang mundur dari pertandingan akibat kram.
Salah satu kasus kram itu menimpa petenis muda harapan publik AS, Jack Sock, yang kandas di babak kedua pekan lalu. Petenis 22 tahun tersebut awalnya tampil impresif, segar, dan penuh energi di dua set awal lawan Ruben Bemelmans, tapi mulai terlihat berbeda di set-set selanjutnya. Ia mendapat kram, lalu kepanasan sampai sempat tak sadarkan diri, dan akhirnya harus dipapah keluar lapangan dan mundur dari pertandingan.
Seperti yang dilansir dari Detik.com, dalam catatan di artikel Men's Journal, Sock, adalah satu dari 16 petenis yang mundur dari pertandingannya di AS Terbuka kali ini karena kasus kram. Hal itu dinilai mengejutkan karena ini adalah atlet-atlet kelas dunia dengan pelatih-pelatih top pula.
Mengutip penuturan Stephen Conti, terapis pijat untuk Federasi Sepakbola AS, Men's Journal menyebut bahwa kram terjadi "ketika otot sudah kelelahan sampai akhirnya tidak lagi bisa bekerja sebagaimana mestinya."
Kelelahan itu sendiri bisa terjadi karena beberapa alasan termasuk berkurangnya mineral, secara khusus magnesium atau kalsium, dehidrasi, dan digunakan untuk bekerja terlalu keras. Kondisi di AS Terbuka diperparah dengan panasnya cuaca sepanjang turnamen.
Temperatur di AS Terbuka dicatat ada pada kisaran 90-an derajat Fahrenheit (sekitar 32 derajat Celcius)--dalam pertandingan Sock, suhunya bahkan mencapai 95 derajat Fahrenheit atau sekitar 35 derajat Celcius.
Sebelum turnamen itu di New York, banyak para petenis yang sudah berusaha membiasakan diri dengan mengikuti turnamen-turnamen pemanasan di sekitaran AS. Tetapi turnamen tersebut kebanyakan justru dimainkan di wilayah dengan suhu yang relatif lebih sejuk dan aklimatisasi dinyatakan butuh sekitar waktu 2-3 pekan bahkan untuk para atlet top.
"Ketika tubuh tak diberi waktu untuk menyesuaikan diri dengan panas, Anda jadinya menghabiskan lebih banyak cairan dan elektrolit tubuh," kata Scott Sailor, presiden dari National Athletic Trainers' Association dan ketua dari departemen Kinesiology di California State University Fresno.
Hal itu juga berpotensi para petenis jadi lebih memaksakan diri memeras fisik, terutama dalam pertandingan-pertandingan yang menantang. Menurut Charles Carson, seorang pelatih kebugaran pribadi, menyatakan bahwa hal itu cenderung terjadi dengan petenis non-unggulan. Contoh saja petenis Australia peringkat 71 Thanasi Kokkinakis yang mundur di tengah permainan lawan Richard Gasquet (unggulan 12) dan pemain Uzbekistan peringkat 33 Denis Istomin yang mundur ketika menghadapi Dominic Thiem (unggulan 20).
"Mereka biasa habis-habisan dan menghadapi para pemain top di olahraga ini, mereka harus benar-benar memeras fisik," ujar Carson.
Ketika kram melanda, para atlet biasa mendapat pijatan dari pelatihnya, atau minum air atau cairan elektrolit. Yang jadi masalah, hal itu justru membuat tubuh butuh waktu untuk pulih. "Jika Anda bekerja amat keras dan terus memaksakan diri, Anda akan tetap kekurangan cairan dan dehidrasi sekalipun sudah minum air. Anda takkan bisa mengompensasi (cairan) yang sedang Anda buang," ujar Carson.
Menhindari kram juga dinyatakan jauh lebih mudah daripada harus mengatasinya pada saat sudah terjadi. Itu berarti seseorang harus minum banyak air sehari sebelum latihan keras atau ikut turnamen, memonitor seberapa banyak cairan yang sudah masuk, juga mengetahui seberapa banyak kadar keringat yang dikeluarkan pada suhu dan kondisi yang berbeda-beda. Itu berlaku sama untuk orang yang kadang-kadang saja berolahraga maupun juga orang yang menekuni dunia olahraga sebagai profesinya.
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/tenis/banyak-petenis-gugur-akibat-kram-di-as-terbuka
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini