Pengambilalihan Newcastle, Dari Suka Cita Hingga Kontroversi

Penulis: Depe Ptr

Jumat 08 Okt 2021, 19:34 WIB

Pengambilalihan Newcastle, Dari Suka Cita Hingga Kontroversi — Penggemar Newcastle United / via Gettyimages

Berita Liga Inggris: Berakhirnya era Mike Ashley membawa perayaan dan kontroversi dalam ukuran yang sama, ketika pemilik baru dari pengambilalihan Newcastle menargetkan trofi, sementara kelompok hak asasi manusia menuduh mereka melakukan pelanggaran hak asasi manusia dengan 'mencuci olahraga'.

Real Madrid Bidik Salah Satu Bintang Newcastle

PIF mengambil 80 persen saham di klub, dengan PCP Capital Partners Staveley dan RB Sports & Media, menyerahkan 305 juta poundsterling sebagai alat tukar.

Staveley berkata: "Jelas kami membeli klub ini dengan pandangan bahwa kami ingin para penggemar mendapatkan trofi yang pantas mereka dapatkan dan kami perlu bekerja dengan para penggemar untuk membantu kami sampai di sana dan itu akan memakan waktu.

"Kami belum akan memenangkan Liga Premier dan itu akan membutuhkan waktu untuk membangun infrastruktur di semua level untuk memungkinkan kami menantang trofi."

Newcastle mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa gubernur PIF, Yasir Al-Rumayyan akan bertindak sebagai ketua non-eksekutif klub, sementara Staveley, kepala eksekutif PCP, akan duduk di dewan dan Jamie Reuben, dari RB Sports & Media, juga akan menjabat sebagai direktur.

Berita pengambilalihan Newcastle itu disambut dengan cemas oleh Amnesty International, yang menggambarkannya sebagai "pukulan yang sangat pahit bagi para pembela hak asasi manusia" karena kontroversi yang tercipta.

Sacha Deshmukh, CEO Amnesty International UK, mengatakan: "Kami dapat memahami bahwa ini akan dilihat sebagai hari yang luar biasa oleh banyak penggemar Newcastle United, tetapi ini juga merupakan hari yang sangat mengkhawatirkan bagi siapa saja yang peduli dengan kepemilikan klub sepak bola Inggris dan apakah ini klub-klub besar digunakan untuk mencuci olahraga pelanggaran hak asasi manusia.

"Dalam penilaian kami, kesepakatan ini selalu lebih tentang pencucian olahraga daripada tentang sepak bola, dengan langkah agresif Arab Saudi ke dalam olahraga sebagai kendaraan untuk manajemen citra dan PR yang jelas untuk dilihat semua orang."