Ragam Liga Champions: Analisis: Pelajaran yang Dipetik Juventus Usai Gagal di Final Liga Champions

Penulis: Rei Darius
Senin 05 Jun 2017, 21:30 WIB
Ragam Liga Champions: Analisis: Pelajaran yang Dipetik Juventus Usai Gagal di Final Liga Champions

Juventus kandas di final Liga Champions (Image: @ForzaJuve2017)

Ligaolahraga.com -

Ligaolahraga - Ragam Liga Champions: Hasil final Liga Champions di hari Sabtu (3/6) lalu masih menyisakan pertanyaan sebab kekalahan dengan skor 4-1 bukanlah hal yang wajar bagi tim seperti Juventus yang diklaim memiliki pertahanan tangguh.

"Kekecewaan terasa, itu ada," tulis Leonardo Bonucci di media sosial seusai setelah final Liga Champions. "Kami mengira bahwa ini adalah saatnya yang tepat. Sayang sekali, itu tidak terjadi." Beberapa jam sebelumnya, bek timnas Italia itu menjadi bagian dari skuat Juventus yang menelan kekalahan dari Real Madrid dengan skor 1-4 usai penampilan buruk di babak kedua.

Sulit untuk tidak merasa kasihan kepada Gianluigi Buffon dan Andrea Barzagli, dua pemain veteran dari tim ini yang selama lebih dari 90 menit bermain di Millennium Stadium, minim melakukan kesalahan. Sayangnya, terlalu banyak rekan-rekan setim mereka yang tak bisa melakukan hal yang sama.

Beberapa di antaranya bisa dimaafkan karena kekurangan pengalaman untuk tampil di momen yang sangat memberikan beban besar seperti kesempatan ini, para pemain seperti Alex Sandro dan Paulo Dybala baru pertama kali tampil di panggung sebesar ini dalam karier mereka yang harusnya masih panjang dan berpotensi sukses besar. Dua pemain ini akhirnya harus memetik pelajaran berharga dan mempersiapkan diri lebih baik lagi di kesempatan berikutnya, namun juga ada sejumlah pemain dalam skuat Juve yang harusnya menyesali performa mereka di Cardiff.

Yang paling kentara dari mereka adalah Giorgio Chiellini yang secara mengejutkan melepaskan diri untuk menjaga Cristiano Ronaldo dan itu tak hanya terjadi sekali namun dua kali dan setiap kali ia melakukannya, maka sang pemain asal Portugal tersebut berhasil mencetak gol. Tentunya seseorang yang sudah mencatatkan rekor lebih dari 600 gol sepertinya tak boleh diberikan cukup waktu dan ruang di area penalti untuk laga sekrusial ini.

Namun Ronaldo memang selalu difavoritkan untuk menjadi pencetak gol, yang paling penting adalah apakah Juventus bisa merespon. Setelah Real mencetak gol pembuka, Il Bianconeri bermain dengan sangat baik seperti sepanjang paruh kedua musim 2016/2017 ini dengan menginisiasi serangan dan menekan di seluruh lapangan.

Mereka berhasil mencetak gol penyeimbang dengan gaya yang spektakuler. Umpan panjang dari Leonardo Bonucci dikuasai oleh Alex Sandro dalam kotak penalti sebelum Gonzalo Higuain menyodorkan bole kepada Mario Mandzukic. Keempat pemain tersebut tak pernah membiarkan bola menyentuh tanah dan setelah menguasainya dengan dada, striker asal Kroasia tersebut melepaskan tembakan fenomenal melalui salto yang tak mampu digapai oleh Keylor Navas.

Itu adalah gol sensasional yang memberikan Juventus harapan bahwa mereka bisa memenangkan pertarungan ini jelang turun minum. Namun demikian, selagi para pemain Real Madrid menunda kembalinya performa mereka di lapangan pada babak kedua, Il Bianconeri gagal kembali ke performa seperti di babak pertama, mereka tak pernah benar-benar bersaing dengan tim ibukota Spanyol tersebut.

45 menit kedua dari pasukan asuhan Zinedine Zidane melalui permainan taktik berkelas yang menjadikan mereka pantas untuk membawa pulang trofi Liga Champions ke Estadio Santiago Bernabeu dalam beberapa tahun terakhir. Tiga gol mengesankan yang membawa Los Merengues meraih medali emas ketiga kali untuk empat tahun terakhir, namun dominasi mereka tak lepas dari performa buruk dari Juventus.

Gonzalo Higuain

Sangat mudah bagi semua orang untuk mengkambinghitamkan Higuain, seorang striker bernilai 90 juta euro yang tak pernah mampu sekalipun memberi ancaman ketika timnya sangat membutuhkan gol darinya. Sejarahnya karena gagal di laga-laga final sebelumnya bersama timnas Argentina terekam baik dalam ingatan para pecinta sepak bola, namun juga perlu diketahui bahwa Il Pipita hanya menerima 11 umpan di babak kedua, maka juga suplai bola yang terbatas juga menjadi permasalahan atas ketidakbisaannya untuk membantu tim memecah kebuntuan.

Malahan, lini tengah Real Madrid leluasa untuk menyerang musuh mereka dengan formasi 4-2-3-1 racikan Massimiliano Allegri akhirnya berhasil dipecahkan oleh mereka. Sang allenatore Bianconeri mulai menggunakan formasi ini sejak Januari dan mendapatkan pujian atas keputusannya melakukan ini. Dia pantas mendapatkan hormat karena keberaniannya mengambil keputusan berisiko namun di sisi lain ini adalah sistem yang sangat bermanfaat bagi pola pikir dari para pemainnya dan tim yang mereka hadapi setelah dia memilih untuk menggunakannya.

Seketika setelah Allegri mengubahnya, tim bermain dengan lebih pro aktif dan sering unggul lebih dulu, seperti ketika mereka menghadapi Barcelona di perempatfinal. Kemudian AS Monaco yang biasa bermain dengan formasi 4-4-2, namun setelah Real Madrid yang mencetak gol lebih dulu di Wales, mental mereka seketika terjatuh dan lini tengah superior tim lawan tak mampu diimbangi oleh duet Miralem Pjanic dan Sami Khedira, sementara kehadiran Luka Modric menjadi sangat berpengaruh.

Ini akan menjadi suatu catatan untuk Juventus yang menghabiskan sepanjang bursa transfer musim panas tahun lalu untuk mencari gelandang kelas dunia dan harus kembali melakukan itu ketika transfer dibuka kembali musim ini. Mereka sudah dikaitkan dengan sejumlah pemain seperti Corentin Tolisso dan Fabinho, rekrutan mahal sekaliber itu tentulah esensial. Mendatangkan seorang pemain yang selevel dengan starting line-up mereka dan kembalinya Marko Pjaca haruslah memberikan opsi kepada Allegri di bangku cadangan.

Juan Cuadrado, Mario Lemina, Claudio Marchisio, Kwadwo Asamoah, Medhi Benatia dan Stephan Lichtsteiner ada di bangku cadangan di final kemarin dan keenam pemain tersebut solid, bisa diandalkan, namun tak ada satu pun dari mereka yang bisa mengubah permainan seketika setelah diturunkan. Itu membuat Si Nyonya Tua sulit untuk bangkit sementara Zidane memiliki Alvaro Morata dan Gareth Bale jika dibutuhkan untuk menambah daya gedor di lini serang.

Tentu saja, kualitas Allegri sudah terbukti selama tiga musim terakhir bahwa dia bisa membangkitkan dan membentuk ulang timnya setelah jatuh berkali-kali, namun Real Madrid sudah memberi pelajaran penting bagi Juventus di sini, satu hal yang terlalu penting untuk mereka lupakan ketika musim kompetisi 2017/2018 dimulai nanti, yakni kualitas mental para pemain untuk tampil di laga besar.

Artikel Tag: Juventus, liga champions, Real Madrid

Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/bola/ragam-liga-champions-analisis-pelajaran-yang-dipetik-juventus-usai-gagal-di-final-liga-champions
716  
Komentar

Terima kasih. Komentar Anda sudah disimpan dan menunggu moderasi.

Nama
Email
Komentar
160 karakter tersisa

Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar disini